Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sistem Kafala di Arab Saudi: Buruh Migran Kerja 24 Jam, Ada yang Ingin Bunuh Diri

Kompas.com - 24/11/2020, 10:43 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

RIYADH, KOMPAS.com - Pemerintah Arab Saudi berencana mereformasi kebijakan sistem kafala, namun, aktivis buruh migran menilai rencana ini akan percuma bila tak menyentuh sektor pekerja domestik yang digambarkan sebagai "mempertahankan perbudakan".

Sejumlah buruh migran Indonesia yang bekerja di sektor rumah tangga masih mendapat pelecehan dan eksploitasi, memilih kabur dan hidup terkatung-katung di negara dengan sistem hukum syariah Islam ini.

Sementara itu, pemerintah Indonesia mengatakan telah bekerja sama dengan Arab Saudi untuk menghapus sistem kafala, tapi penerapannya dihentikan sementara karena pandemi virus corona.

Baca juga: MBS dan Netanyahu Bertemu? Ini Ringkasan Hubungan Israel dengan Dunia Arab

Syifa—bukan nama sebenarnya—sudah hidup terkatung-katung selama sembilan bulan di Arab Saudi. Ia sudah berpindah-pindah kota, dari Dammam, Riyadh, hingga Jeddah setelah melarikan dari majikan.

Warga Tangerang, Banten, ini kabur dari majikan karena setiap hari "bekerja 24 jam" sebagai pekerja rumah tangga dan mengaku telah mengalami pelecehan seksual.

Ilustrasi perbudakan di Arab Saudi.BBC/DAVIES SURYA Ilustrasi perbudakan di Arab Saudi.
Ibu dua anak ini tiba di Arab Saudi pada Maret 2020, saat virus corona mulai menjadi pandemi. Pertama ia bekerja di Kota Dammam selama tiga bulan.

"Kalau kerja kan kerja 24 jam, kita enggak boleh santai-santai," kata Syifa kepada BBC News Indonesia, Senin (9/11/2020).

Lantaran kerja dengan jam yang tak menentu sebagai pekerja rumah tangga, Syifa melarikan diri dari majikannya menuju Riyadh. Di kota ini ia sempat bekerja sebagai pekerja rumah tangga selama hampir tiga bulan.

Namun, di sinilah Syifa mengaku mengalami pelecehan seksual dari keluarga majikan yang baru. "Waktu ada pelecehan seksual waktu kerja di Riyadh… Yang buat saya trauma mau kerja lagi. Saya ingat keluarga di Indonesia, makanya ingin cepat-cepat pulang," kata Syifa.

Setelah peristiwa itu, ia kabur lagi.

Baca juga: Arab Saudi Reformasi Sistem Kafala, Pekerja Bisa Pergi ke Luar Negeri Tanpa Izin Majikan

Salah satu buruh migran yang diduga mendapat kekerasan dan mendapat pendampingan dari SBMI. Sulasih antara lain memiliki luka bekas setrika di kedua tangan.SBMI via BBC INDONESIA Salah satu buruh migran yang diduga mendapat kekerasan dan mendapat pendampingan dari SBMI. Sulasih antara lain memiliki luka bekas setrika di kedua tangan.
Saat ini Syifa tinggal di sebuah rumah kontrakan bersama sejumlah temannya di Kota Jeddah. Semua temannya adalah pelarian.

Ia mengaku sudah kapok kerja di Arab Saudi. "Saya kalau sudah di Indonesia, mau cari kerjaan lagi juga gampang. Walaupun gaji kecil yang penting bisa ketemu keluarga tiap hari. Bisa bantu suami. Suami saya kan nelayan di sana," katanya.

Tapi untuk pulang ke Indonesia, kata Syifa, belum jelas kapan karena dirinya berstatus TKI ilegal tanpa visa.

Pengalaman pahit bekerja di Arab Saudi juga pernah dihadapi Siti Aminah. Berbeda dengan Syifa, perempuan berusia 34 tahun ini bisa segera kembali ke Indonesia setelah bekerja satu bulan sebagai pekerja rumah tangga—meskipun kontrak kerjanya selama dua tahun.

Selama bekerja satu bulan, Siti mengaku tak diberi izin untuk menggunakan telepon genggam, bepergian, dan menggunakan hak istirahat dan libur. "Kerja dari jam 5 pagi sampai jam 10 malam," katanya kepada BBC News Indonesia, Senin (9/11/2020).

Siti menyebut rumah majikannya sangat luas dengan dua lantai. "Kamarnya ada lima. Terus ruang tamunya juga ada empat. Ada ruang pertemuan. WC-nya ada delapan. Dapurnya luas. Tiap hari itu harus dibersihkan, disikat semua," katanya.

Baca juga: Vaksin Corona Akan Gratis di Arab Saudi, yang Negatif Covid-19 jadi Prioritas

Siti juga mengaku sering mendapat makian dari majikan di saat bekerja. "Dia marah, kadang melotot, termasuk (kekerasan) verbal," katanya.

Warga Kota Palembang, Sumatera Selatan, ini bisa keluar dari tempat kerjanya berkat ponsel yang ia bawa dan sembunyikan dari majikan. Dari situ, ia mencari sejumlah bantuan, termasuk dari lembaga pemerhati buruh migran, Migrant Care.

Setelah berkomunikasi lewat media sosial dengan Migrant Care, agen perusahaan tenaga kerja yang mengirim Siti segera menariknya dari Arab Saudi ke Indonesia. "Saya kapok. Enggak mau lagi," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com