Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman Rayakan 1.700 Tahun Sejarah Kehidupan Yahudi

Kompas.com - 25/01/2021, 22:29 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Menurutnya marjinalisasi dan diskriminasi terhadap warga Yahudi semakin meningkat dan sekarang kesannya kita memulai dari nol lagi merujuk pada upaya Jerman mengusir antisemitisme setelah Perang Dunia II.

"Kita di Jerman butuh waktu lama untuk membangun budaya mengingat, yang diharapkan mencegah terulangnya kejahatan kemanusiaan dan genosida," serupa Holocaust, kata Ruttgers.

Dia menuntut campur tangan negara, dan komunitas-komunitas agama untuk melindungi warga Yahudi dari serangan antisemitisme.

Karena menurut Rüttgers, lahan subur bagi kaum antisemit ada di setiap negara di Eropa.

"Kebencian Yahudi tidak pernah benar-benar bisa dikalahkan,” kata Anna Staroselski, Presiden Perhimpunan Mahasiswa Yahudi di Jerman.

"Pandangan anti Yahudi ini sudah terbukti dianut oleh 20 persen warga Jerman,” imbuhnya.

Baca juga: Pertama di Dunia, Jerman Akan Larang Pencabikan Anak Ayam Mulai 2022

Dialog antaragama sebagai kunci koeksistensi

Kembalinya antisemitisme di Jerman dinilai berkaitan dengan kebangkitan kaum ekstrem kanan dan arus masuknya pengungsi dari Timur Tengah. Khususnya untuk yang terakhir, Jerman diajak menggunakan pendekatan lunak.

Solusinya, menurut tokoh Yahudi Jerman, Michel Friedman, terletak pada dialog antara Yahudi dan Muslim.

"Pertukaran itu penting untuk mengisyaratkan kepada masyarakat agar berhenti mengadudomba kami,” katanya kepada majalah Protestan, Chrismon.

Bekas wakil direktur Komite Sentral Yahudi Jerman itu menegaskan, dialog hanya akan terjalin jika semua pihak menghindari menyamakan antara Islamisme dan Islam.

Karena menurutnya, ideologi kekerasan itu merupakan bahaya laten tidak hanya bagi warga Yahudi, tetapi juga muslim.

Baca juga: Varian Baru Covid-19 Ditemukan di Bavaria, Jerman

Kesamaan tersebut dinilai bisa membuka ruang pertukaran yang positif antara umat kedua agama Samawi.

Sebaliknya permusuhan berdasarkan agama tidak memiliki tempat di dalam demokrasi, di mana ideologi politik atau agama tidak berada di atas konstitusi dan selamanya tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk tindak kekerasan.

Hal serupa diutaraan sastrawan Yahudi-Jerman, Max Czollek.

Kepada majalah Chrismon dia mengatakan, serangan teror kanan terhadap warga Turki dan Hanau dan sinagoga di Halle tahun ini adalah sebuah peringatan keras.

"Pilihannya terletak antara masa depan bagi warga Muslim dan Yahudi bersama-sama, atau tidak sama sekali,” tuturnya.

Baca juga: Akhir Era Kanselir Jerman Angela Merkel Dimulai Saat CDU Memilih Pemimpin Partai Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com