Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biden Sah Jadi Presiden, Para Penganut Konspirasi QAnon Merasa Kacau

Kompas.com - 23/01/2021, 11:42 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Para pengikut teori konspirasi QAnon yang tak berdasar merasa kacau setelah pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada 20 Januari lalu.

Melansir BBC, banyak dari pengikut QAnon kaget dan putus asa ketika Joe Biden dilantik sebagai presiden AS ke-46.

Salah satu obrolan populer di aplikasi pesan Telegram mengungkap, "Saya hanya ingin muntah," dari seorang pengikut QAnon. "Saya muak dengan semua disinformasi dan harapan palsu."

Namun, tidak sedikit yang bersikeras bahwa rencana QAnon tidak gagal. Mereka menemukan teori-teori baru untuk digunakan.

Sebelumnya, selama berminggu-minggu, para pengikut QAnon telah mempromosikan tanggal 20 Januari sebagai Hari Perhitungan ketika para pemuka Demokrat dan elit "Paedofil Setan" lain akan ditangkap dan eksekusi atas perintah Donald Trump.

Baca juga: Pengikut QAnon Percaya Trump Perang Melawan Penguasa Rahasia Dunia

Akan tetapi, ketika kenyataannya Biden dilantik sumpah jabatan sebagai presiden, beberapa anggota komunitas QAnon mengalami "kekacauan".

"Selesai sudah dan kami dipermainkan," tulis salah satu anggota.

Seorang wanita yang suaminya mengikuti QAnon mengatakan kepada BBC bahwa hari pelantikan Biden adalah hari yang paling mengecewakan dalam hidupnya.

Acara yang diselenggarakan pada Rabu kemarin mungkin telah mengguncang keyakinan wanita itu pada konspirasi QAnon namun dia lebih khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Para pendukung dan pengikut QAnon secara luas meyakini bahwa Trump dan anggota militer akan menangkap Joe Biden sebelum naik ke panggung pelantikan untuk mengambil sumpah presiden.

Baca juga: Twitter Blokir QAnon, Siapa Mereka?

Selain Biden, anggota QAnon juga meyakini bahwa istri Biden, Jill, wakilnya, Kamala Harris, ketua DPR Nancy Pelosi, dan beberapa politisi lain seperti Chuck Schumer, Barack dan Michelle Obama, Hillary dan Bill Clinton, George dan Laura Bush juga akan diringkus.

Melihat kekacauan di tengah anggota, beberapa saluran ekstremis dan Neo-Nazi di Telegram mencoba memanfaatkannya.

Mereka mencari anggota QAnon dan berupaya untuk mengubah mereka yang putus asa untuk berpaling.

Namun, beberapa akun anggota QAnon yang berpengaruh menyuruh para pengikut mereka agar "menjaga iman" dan "tidak mudah berputus asa".

Salah satu saluran Telegram yang populer meyakinkan 130.000 pelanggannya bahwa Trump dan tim "Q" masih memegang kendali di belakang layar.

Mereka juga meyakini bahwa "perbuatan jahat" yang dilakukan musuh-musuh QAnon akan terungkap "selama empat tahun ke depan".

Baca juga: Facebook Akan Hapus Akun-akun Pendukung Grup Teori Konspirasi QAnon

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com