Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin dan Merkel Bahas Kerja Sama Pembuatan Vaksin Lewat Telepon

Kompas.com - 05/01/2021, 19:40 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel membahas kemungkinan kedua negara memproduksi vaksin virus corona bersama-sama.

Gagasan itu, melansir AFP, dibahas melalui panggilan telepon pada Selasa (5/1/2021) menurut laporan Kremlin.

"Masalah kerja sama dalam memerangi pandemi virus corona dibahas dengan penekanan pada kemungkinan prospek produksi vaksin bersama," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Belarusia dan Argentina Mulai Vaksinasi Covid-19 dengan Sputnik V Produksi Rusia

Kremlin menambahkan bahwa kesepakatan telah dicapai untuk melanjutkan kontak tentang masalah tersebut, antara kementerian kesehatan kedua negara dan badan-badan khusus.

Kedua pemimpin juga membahas penyelesaian konflik antara Kiev dan pasukan separatis pro-Rusia di Ukraina timur, yang sebagian besar terhenti sejak perjanjian damai ditandatangani pada 2015.

Baik Rusia dan Jerman baru-baru ini memulai program vaksinasi massal di rumah untuk mengekang penyebaran virus corona dan menghindari penerapan kembali penguncian nasional.

Baca juga: Kanselir Angela Merkel: Jerman Masih Akan Hadapi Krisis Covid-19 pada 2021

Sementara Jerman menggunakan vaksin yang dikembangkan bersama oleh Pfizer dan perusahaan yang berbasis di Mainz, BioNtech, Rusia telah mengedarkan vaksin buatannya secara massal yakni Sputnik V.

Rusia mengumumkan pendaftaran Sputnik, vaksin yang dinamai persis dengan nama satelit era Soviet, pada Agustus, sebelum dimulainya uji klinis skala besar, meningkatkan kekhawatiran atas prosedur jalur cepat.

Beberapa kritikus menggambarkan Sputnik V sebagai alat untuk meningkatkan pengaruh geopolitik Rusia.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Dinyatakan telah Muncul di Jerman Sejak November

Rusia memulai kampanye vaksinasi massal pada awal Desember, suntikan vaksin pertama kali tersedia bagi kelompok berisiko tinggi termasuk petugas medis, guru, dan orang tua.

Alexander Gintsburg, direktur pusat penelitian Gamaleya yang mengembangkan Sputnik V dan dikelola negara pada Selasa mengatakan bahwa lebih dari 1 juta orang di Rusia sejauh ini telah menerima suntikan.

Moskwa juga mengirimkan gelombang vaksinnya ke Belarus, Serbia dan Argentina. Rusia mengumumkan bahwa 2,6 juta dosis akan dipasok ke Bolivia tetapi mereka mengakui adanya kesulitan dengan kapasitas produksi.

Baca juga: Menkes Rusia Sebut Vaksin Sputnik V Aman untuk Lansia 60 Tahun ke Atas

Pengakuan lain datang dari pembuat obat Inggris-Swedia AstraZeneca pada Desember 2020, atas vaksin Sputnik V yang dipandang skeptis oleh Amerika.

Mereka mengumumkan program uji klinis yang akan menggunakan kombinasi vaksinnya dan vaksin Rusia.

Keduanya menggunakan vektor adenovirus, walau masih belum jelas kapan tes itu akan dilanjutkan.

Baca juga: Setelah Pfizer, Vaksin Covid-19 Sputnik V Milik Rusia Diklaim Efektif 95 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com