WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) dikabarkan menarik kapal induk mereka dari Timur Tengah, setelah militer Iran menerapkan siaga tinggi.
Kabar ini berembus setelah Teheran bersiap menyongsong peringatan satu tahun kematian jenderal top mereka, Qasem Soleimani, pada Minggu (3/1/2021.
Intelijen AS mengungkapkan, mereka bersiaga setelah muncul indikasi serangan balasan yang dilakukan oleh Iran akan terjadi secepatnya.
Baca juga: 1 Tahun Kematian Jenderal Qasem Soleimani, Ini Peringatan Iran untuk AS
Kepada New York Times, sumber Gedung Putih menuturkan Penjabat Menteri Pertahanan Christopher C Miller memerintahkan penarikan kapal induk USS Nimitz.
Kapal induk pertama untuk kelas Nimitz itu ditarik dari Timur Tengah untuk memberikan sinyal "de-eskalasi" kepada militer Iran.
Pejabat itu mengungkapkan, mereka berusaha meredam krisis di kawasan sebelum jabatan Presiden Donald Trump berakhir tiga pekan lagi.
Namun untuk Teheran, dalam hal ini Ketua Yudisial Ebrahim Raisi, sinyal itu belum cukup di mana dia masih memberi ancaman kepada Trump.
Raisi menyatakan, siapa pun yang terlibat dalam pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani takkan bisa lari dari keadilan, meski dia Presiden AS sekali pun.
"Mereka akan menyaksikan serangkaian pembalasan," kata Raisi dalam acara di Universitas Teheran, merujuk pada Trump dan pimpinan militer AS.
Baca juga: Presiden Iran: Rezim Gila Donald Trump Akan Berakhir di Tong Sampah Sejarah
"Mereka yang terlibat dalam pembunuhan itu tidak akan mempunyai tempat yang aman di Bumi ini," kata dia dikutip Daily Mail Sabtu (2/1/2021).
USS Nimitz disebut tengah berada di perairan Somalia ketika kementerian pertahanan mengumumkan bakal memulangkannya ke galangan di Washington.
Langkah itu terjadi dua hari setelah Pentagon mengerahkan kapal pembom strategis untuk terbang di atas wilayah udara Iran sebagai unjuk kekuatan.
Kebijakan tersebut juga berlangsung sepekan setelah Trump mengancam Teheran akan ada balasan jika warga AS di Irak jadi target serangan.
Dalam kicauannya 23 Desember lalu, presiden 74 tahun itu mengatakan Kedutaan Besar AS di Baghdad dihantam sejumlah roket pada Minggu (20/1/2020).
"Tebak dari mana mereka berasal: IRAN. Kini mereka bersiap untuk serangan lanjutan di Irak. Saran bersahabat: Jika satu saja warga AS terbunuh, mereka akan dibalas. Pikirkan lagi," kata dia.
Baca juga: Iran: Dunia Kini Tempat yang Lebih Aman Setelah Trump Lengser
Mengirim kapal induk yang resmi beroperasi pada 13 Mei 1972 adalah langkah aneh, mengingat mereka butuh show of force untuk menekan Teheran.
Keputusan Militer bertentangan dengan keinginan Komandan Sentral AS (CENTCOM) Jenderal Kenneth McKenzie, dikabarkan New York Times.
Si jenderal disebut menginginkan Nimitz untuk tetap berada di perairan Timur Tengah dan terus bertugas sebagai langkah pencegahan.
Analis militer sebelumnya sudah menerangkan, sistem pertahanan udara, pasukan maritim, dan unit keamanan Iran lainnya disiagakan penuh.
Tetapi, pengerahan itu tidak jelas apakah guna menyerang "Negeri Uncle Sam" atau hanya sebagai pertahanan jika Pentagon membombardir mereka.
Ketika Qasem Soleimani tewas pada 3 Januari 2020, Teheran membalas dengan menghujani dua pangkalan AS di Irak menggunakan rudal.
Dampaknya, sekitar 100 tentara AS mengalami gegar otak. Dua negara pun di ambang perang sebelum Trump "mengalah" dan menurunkan nada ucapannya.
Baca juga: Sumpah Komandan Iran Lawan Pembunuhan Jenderal Soleimani oleh AS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.