Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Iran: Rezim "Gila" Donald Trump Akan Berakhir di "Tong Sampah Sejarah"

Kompas.com - 02/01/2021, 14:37 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber The Sun

TEHERAN, KOMPAS.com - Presiden Iran Hassan Rouhani mengklaim pembunuhan seorang jenderal senior dalam serangan pesawat tak berawak AS, membawa ajal untuk rezim "gila" Donald Trump.

Melansir The Sun pada Rabu (30/12/2020), Rouhani mengungkapkan bahwa dia yakin Trumpisme akan dimasukkan ke dalam "tong sampah sejarah" ketika kepemimpinannya berakhir pada 20 Januari.

Selama sesi kabinet Iran yang disiarkan televisi, Rouhani mengatakan pembunuhan "bodoh" terhadap kepala divisi klandestin dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), membantu mengakhiri "Trumpisme", menurut lapor Al Manar.

Mayor Jenderal Iran Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds IRGC, tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS yang ditargetkan pada 3 Januari 2020 di Baghdad, yang disetujui oleh Presiden AS Trump.

Baca juga: Presiden Iran: Si Gila Trump Akan Berakhir seperti Saddam Hussein

Saat peringatan pertama kematian sang jenderal semakin dekat , kemarahan seputar kematiannya kembali menyulut amarah.

“Salah satu konsekuensi dari perbuatan tidak tahu malu dan bodoh ini adalah berakhirnya Trumpisme,” kata Rouhani.

"Beberapa hari dari sekarang, aturan pembunuh biadab dan gila ini akan berakhir, dan seluruh sejarah rezimnya akan masuk ke tong sampah sejarah," terangnya.

"Saya yakin setelah Trump, situasi mengenai keamanan dan stabilitas di kawasan akan menjadi lebih baik secara signifikan," tambah presiden Iran.

Baca juga: Iran Gelar Peringatan Jelang 1 Tahun Kematian Jenderal Qasem Soleimani

Jenderal Soleimani yang dipuji sebagai "pahlawan nasional" dan "sumber kebanggaan bagi semua negara di kawasan dan seluruh dunia Muslim," kata Rouhani bahwa kematiannya adalah "balas dendam" terhadap Iran.

Massa turun ke jalan hingga 1 juta orang untuk berduka atas kematian pria militer itu pada awal tahun.

Rouhani menambahkan pembunuhan itu juga dirancang untuk mengobarkan negara-negara merdeka lainnya di kawasan itu, "balas dendam terhadap negara-negara besar yang menentang konspirasi AS dan Zionis."

Presiden melanjutkan dengan mengatakan bahwa kelompok teror Daesh adalah "pasukan tentara bayaran untuk AS dan Israel".

Baca juga: Iran Bersumpah Tak Akan Ada Tempat Aman di Bumi bagi Pembunuh Qasem Soleimani

Dia juga mencatat bahwa baik Washington maupun Tel Aviv telah mengambil keuntungan dari dan memanfaatkan "kekacauan dan ketidakamanan di kawasan".

Ada kekhawatiran bahwa Trump dapat menyerang Iran sebelum dia meninggalkan jabatannya, karena ketegangan antar negara mencapai titik didih.

Pekan lalu, presiden AS mengancam Twitter untuk mengeluarkan ancaman ke Iran setelah kedutaan AS di Baghdad menjadi sasaran roket pada 20 Desember.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com