Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Umumkan Vaksin Covid-19 Pertama Resmi Dapat Izin Penggunaan Darurat, dari Perusahaan Mana?

Kompas.com - 02/01/2021, 13:36 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Aljazeera

GENEVA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan izin penggunaan darurat Covid-19 dari Pfizer-BioNTech, melansir Al Jazeera pada Jumat (1/1/2021).

Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa itu menilai langkah ini penting untuk membuat vaksin lebih mudah tersedia di negara berkembang.

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (31/12/2020), WHO menyatakan validasi vaksinnya, yang pertama sejak dimulainya pandemi. Dengan ini membuka pintu bagi negara-negara untuk mempercepat proses persetujuan peraturan mereka sendiri, untuk mengimpor dan mengelola vaksin.

Menurut WHO, Ini juga akan memungkinkan kelompok, seperti UNICEF dan Organisasi Kesehatan Pan-Amerika, untuk mendapatkan vaksin. Lalu segera mendistribusikannya ke negara-negara yang membutuhkan.

"Ini adalah langkah yang sangat positif untuk memastikan akses global ke vaksin Covid-19," kata Dr Mariangela Simao, asisten direktur jenderal WHO untuk akses ke obat-obatan dan produk kesehatan, dalam pernyataannya.

Baca juga: Inggris Tawarkan Bantuan Vaksin Covid-19 untuk 3 Juta Warga Zimbabwe

“Tapi saya ingin menekankan perlunya upaya global yang lebih besar untuk mencapai pasokan vaksin yang cukup. Jadi produksi vaksin bisa memenuhi kebutuhan populasi prioritas di mana pun.”

WHO mengatakan vaksin Pfizer-BioNTech memenuhi persyaratan keamanan dan manfaatnya melebihi potensi risikonya.

Vaksin, yang harus disimpan pada suhu sangat rendah ini, sudah diberikan di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Qatar, Bahrain, dan Meksiko.

Kelompok hak asasi manusia telah menyuarakan keprihatinan tentang negara-negara kaya yang “menimbun” vaksin dengan mengorbankan negara-negara berkembang.

Laporan terbaru oleh Amnesty International menemukan, semua vaksin Covid-19 Moderna Inc dan 96 persen dosis Pfizer-BioNtech telah diamankan oleh negara-negara kaya, termasuk Kanada, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.

“Banyak negara telah mendapatkan vaksin, dapat dimaklumi, sebagai jalan keluar dari krisis ini dan ini adalah perlombaan,” Stephen Cockburn, kepala keadilan ekonomi dan sosial di Amnesty, mengatakan kepada Al Jazeera bulan ini.

Baca juga: Dosis Vaksin Covid-19 Pertama Tiba di Perancis, Mulai Vaksinasi pada Minggu

"Daripada bekerja sama, kami memiliki sikap 'saya yang pertama' di banyak negara dan ada kurangnya multilateralisme dan koordinasi global di dunia."

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, John Nkengasong juga memperingatkan bahwa Afrika mungkin tidak melihat vaksin sampai setelah kuartal kedua tahun 2021.

Nkengasong menyebutnya sebagai “masalah moral.”

Dia mendesak PBB mengadakan sesi khusus untuk membahas distribusi vaksin yang etis dan adil. Tujuannya untuk menghindari “ketidakpercayaan Utara-Selatan sehubungan dengan vaksin, yang merupakan kebaikan bersama”.

Badan kesehatan PBB, dengan GAVI Vaccine Alliance dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), mempelopori upaya global yang disebut COVAX.

Baca juga: Pekerja Medis di AS Dipecat Setelah Rusak 500 Dosis Vaksin Covid-19

Misinya untuk mengamankan dan mendistribusikan vaksin ke negara-negara miskin. Serta, memastikan suntikan tidak hanya ditujukan ke negara-negara kaya.

Aliansi COVAX yang didukung WHO memiliki perjanjian untuk hampir dua miliar dosis, dengan pengiriman pertama jatuh tempo pada awal 2021.

Aliansi ini telah melakukan pembicaraan dengan Pfizer dan BioNTech untuk mengamankan vaksin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com