Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantuan Vaksin Virus Corona China Berpotensi Jadi Senjata Diplomatik

Kompas.com - 23/12/2020, 14:17 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNBC

BEIJING, KOMPAS.com - Ketika dunia sedang berlomba mengembangkan vaksin Covid-19, China telah berjanji kepada negara-negara tetangganya di Asia Tenggara untuk menjadi yang pertama memenuhi kebutuhan, setelah pengembangan vaksin dalam negerinya siap untuk didistribusikan.

Sejumlah negara dari Malaysia, Filipina, hingga beberapa negara di Afrika, telah diberi akses prioritas terhadap vaksin virus corona China.

Perusahaan China juga telah menandatangani perjanjian dengan beberapa negara berkembang tersebut untuk menguji dan memproduksi vaksin virus corona.

Namun, bantuan China tersebut menuai banyak pertanyaan dari para ahli, bahwa hal itu adalah pendekatan diplomatik yang dapat menekan negara lain untuk mendukung kepentingan komersial dan politik Beijing.

“Saya tidak berpikir itu sepenuhnya altruistik, saya pikir mereka mencari beberapa keuntungan dari ini,” kata Page-Jarrett dari The Economist Intelligence Unit (EIU) seperti yang dilansir dari CNBC pada Selasa (9/12/2020).

Baca juga: China Beri Bantuan Vaksin Covid-19 tapi dengan Imbalan, Apakah Itu?

“China ingin memperluas kepentingan komersial dan strategisnya di negara-negara ini,” tambahnya.

Analis riset mengatakan vaksin mungkin “sarana untuk memperluas pengaruh China dan kekuatan lunak”, serta meredakan perselisihan dengan negara-negara yang mungkin menyalahkan China atas pandemi Covid-19 tersebut.

Jacob Mardell dari Mercator Institute for China Studies menunjukkan bahwa para pemimpin China mengatakan vaksin adalah “barang publik global”.

Namun, mereka juga membicarakannya dalam kaitannya dengan hubungan diplomatik, “persahabatan China dan kepemimpinan global.”

Keduanya terhubung, kata Mardell, “Saya pikir tidak dapat dihindari bahwa vaksin akan dimanfaatkan dengan cara itu.”

Sementara itu, China mengatakan “tidak akan mengubah vaksin Covid-19 menjadi senjata geopolitik atau alat diplomatik apa pun, dan menentang politisasi pengembangan vaksin,” menurut editorial oleh kantor berita negara, Xinhua.

Foto yang diambil pada 2 Maret 2020 memperlihatkan Presiden China, Xi Jinping, mengunjungi Akademi Sains Medis Militer sekaligus Fakultas Kedokteran Universitas Tsinghua di Shenzhen, di mana Xi memonitor perkembangan vaksin virus corona, alat pemeriksaannya, sekaligus kecepatan dalam penangannya.REUTERS/Ding Haitao / Xinhua / Latin Ame Foto yang diambil pada 2 Maret 2020 memperlihatkan Presiden China, Xi Jinping, mengunjungi Akademi Sains Medis Militer sekaligus Fakultas Kedokteran Universitas Tsinghua di Shenzhen, di mana Xi memonitor perkembangan vaksin virus corona, alat pemeriksaannya, sekaligus kecepatan dalam penangannya.

Baca juga: China Sambut Baik Rencana WHO Berkunjung untuk Selidiki Asal-usul Covid-19

Apa untungnya bagi China?

Chong Ja Ian, seorang profesor ilmu politik di National University of Singapore, mengatakan China dapat menuntut kerja sama dalam “berbagai macam” masalah.

Tuntutan itu bisa termasuk diskusi praktis, seperti kode etik di Laut China Selatan yang diperebutkan, serta mendapatkan lebih banyak penerimaan produk teknologi China, kata Chong.

“Ini semua mungkin,” tambahnya.

“Ada begitu banyak kepentingan China yang tumpang tindih dengan kekhawatiran negara lain dan begitu banyak bidang di mana China mungkin ingin unggul, terutama dengan AS,” lanjutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com