Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Sampah Tak Terlihat di Balik Produksi Laptop dan Ponsel

Kompas.com - 23/12/2020, 13:52 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Kebanyakan orang mengira mereka mengetahui soal sampah. Setiap tahun, orang di seluruh dunia menghasilkan sekitar dua miliar metrik ton sampah. Tapi ini hanya sampah yang bisa kita lihat.

"Sampah yang kita tangani adalah persentase kecil dari keseluruhan sampah, hanya sekitar 2 persen sampai 3 persen saja," kata Josh Lepawsky, penulis buku tentang dampak global pembuatan teknologi digital.

Proses ekstraksi sumber daya, manufaktur, transportasi, dan produksi listrik yang sulit dilacak adalah sebagian besar limbah dunia yang dihasilkan untuk membuat barang yang kita beli.

Hal ini terutama berlaku untuk barang elektronik, yang merupakan penyumbang sampah dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan salah satu sumber limbah terbesar yang tak terlihat.

Baca juga: Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima Akan Dibuang ke Laut, Apa Bahayanya?

"Kehadiran sebagian besar polusi dan limbah elektronik sudah ada jauh sebelum orang memegang perangkat mereka," kata Lepawsky, yang juga seorang profesor geografi di Memorial University of Newfoundland di St John's, Kanada.

Memproduksi barang elektronik melibatkan bahan kimia berbahaya tingkat tinggi, air, hingga gas rumah kaca.

Sebagian besar proses ini sama sekali tidak terlihat oleh konsumen rata-rata dan sulit untuk dihitung. Barang elektronik terdiri dari banyak komponen, kebanyakan bersumber dan diproduksi di lokasi berbeda di seluruh dunia sebelum dirakit seluruhnya di tempat lain.

Baca juga: Abaikan Protes Nelayan, Jepang Akan Buang Limbah Radioaktif Fukushima ke Laut

Menambang logam mulia

Ponsel cerdas biasa, misalnya, dapat terdiri dari 62 logam berbeda. Di antara banyaknya komponen kecil iPhone adalah emas, perak, dan paladium.

Logam mulia ini yang sebagian besar diekstraksi di Asia, Afrika, dan Australia perlu ditambang terlebih dahulu.

Sebuah studi oleh manajemen limbah Swedia dan asosiasi daur ulang Avfall Sverige menghitung limbah tak terlihat yang dihasilkan smartphone biasa dan laptop seberat 3 kilogram, masing-masing terdiri dari sekitar 86 dan 1.200 kilogram limbah.

"(Angka) itu termasuk batu, kerikil, tailing, dan terak," kata Anna Carin Gripwall, salah satu penulis studi tersebut.

"Produksi perangkat elektronik juga menggunakan bahan bakar dan listrik - tapi jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan limbah pertambangan," imbuh Gripwall.

Baca juga: Sebanyak 110 Kontainer Limbah Beracun Dibuang Secara Ilegal di Malaysia

Perusahaan kotor

Pemotongan, pengeboran, peledakan, pengangkutan, dan pemrosesan yang terlibat dalam penambangan logam mulia dapat melepaskan debu yang mengandung logam dan bahan kimia berbahaya ke udara dan sumber air di sekitarnya.

"Setelah Anda menggali bijih, Anda harus memisahkan bahan yang terkonsentrasi," kata Fu Zhao, profesor teknik mesin di Universitas Purdue di negara bagian Indiana, Amerika Serikat (AS).

"Mereka sulit diuraikan, jadi Anda perlu menggunakan bahan kimia dan suhu tinggi. Proses ini menjadi sangat problematis bila dilakukan dalam skala besar," tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com