Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 110 Kontainer Limbah Beracun Dibuang Secara Ilegal di Malaysia

Kompas.com - 21/07/2020, 22:54 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Pemerintah Malaysia menemukan 110 kontainer limbah beracun yang dibuang secara ilegal di Pelabuhan Tanjung Pelepas, di negara bagian Johor sejak bulan lalu. 

Bernama melaporkan sebagaimana yang dilansir dari CNN pada Senin (20/7/2020), kontainer tersebut berisi 1.864 ton debu tanur busur listrik (EAFD), yang merupakan produk sampingan berbahaya dari produksi baja dan mengandung unsur-unsur beracun, seperti timah dan kromium.

Para pejabat berwenang mengatakan ratusan kontainer itu datang dari Rumania dan didaftarkan sebagai seng pekat dalam formulir deklarasi.

Baca juga: Video Viral Anak Kucing Dibakar Hidup-hidup, Diduga Terjadi di Malaysia

"Temuan EAFD, saat transit di Malaysia dan menuju Indonesia ini adalah temuan terbesar dari jenisnya (pembuangan limbah beracun) dalam sejarah Malaysia," kata Menteri Lingkungan dan Air, Ibrahim Tuan Man dalam laporan Bernama.

Atas temuan pembuangan limbah beracun secara ilegal dari Rumania tersebut, Malaysia mengirim limbah kembali ke Rumania dan meminta Interpol untuk menyelidiki.

Sejak China melarang impor limbah plastik pada 2018 dalam upaya untuk membersihkan lingkungannya, banyak negara telah mencari tempat pembuangan alternatif untuk sampah mereka, dan menciptakan masalah bagi negara-negara lain, seperti Kamboja, Malaysia, dan Filipina.

Baca juga: 2 Opsi bagi PM Malaysia Muhyiddin Yassin: Mayoritas Tipis atau Pemilu Dini

Untuk membatasi pembuangan limbah beracun yang tidak bertanggung jawab, pada tahun lalu, 187 negara menambahkan plastik ke pembahasan Konvensi Basel, sebuah perjanjian yang mengatur perpindahan material berbahaya dari satu negara ke negara lain.

Namun, persoalan pembuangan limbah beracun masih terus berlanjut.

Pengiriman ilegal EAFD yang ditemukan di Malaysia ini, diklasifikasikan sebagai limbah beracun berdasarkan Konvensi Basel, di mana Malaysia ikut serta menandatanganinya.

Hanya AS, salah satu produsen plastik terbesar di dunia, dan Haiti yang belum menandatangani perjanjian tersebut.

Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Naik, Malaysia Pertimbangkan Kewajiban Pakai Masker

Krisis pembuangan limbah

Krisis pembuangan limbah telah menarik perhatian global yang lebih besar dalam beberapa tahun terakhir, karena negara-negara, seperti Malaysia dan Filipina telah mulai memberi menandai dan mempermalukan eksportir limbah dengan mengirimkan kembali sampah ke pelabuhan asal mereka.

Mei lalu, Malaysia mengirim kembali 450 ton limbah plastik ke beberapa negara asal, termasuk Inggris, Kanada, AS, Jepang, dan Belanda.

Baca juga: Nasib Tragis Jutaan TKI Ilegal di Malaysia saat Pandemi, KBRI Kuala Lumpur Disorot

"Kami mendesak negara-negara maju untuk meninjau kembali pengelolaan limbah plastik mereka dan menghentikan pengiriman sampah ke negara-negara berkembang," kata Menteri Energi, Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim Malaysia, Yeo Bee Yin.

Menteri Lingkungan dan Air, Ibrahim Tuan Man mengatakan pihak berwenang Malaysia telah mengidentifikasi dan menghentikan setidaknya 28 upaya untuk mengimpor limbah secara ilegal pada tahun ini.

Pembuangan limbah bahkan meningkat menjadi bentrokan diplomatik, seperti yang terjadi pada tahun lalu, di mana Presiden Filipina Rodrigo Duterte memanggil duta besarnya untuk Ottawa setelah Canada melewatkan tenggat waktu untuk mengambil kembali berton-ton sampahnya.

Pemerintah Canada akhirnya memulangkan sampah mereka setelah Duterte mengatakan dia siap untuk "menyatakan perang" atas masalah ini.

Baca juga: Heboh, Ikan Bergigi Mirip Manusia Ditemukan di Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com