Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituduh Pakai Senjata Kimia, Rusia dan Suriah Terus Ditekan OPCW

Kompas.com - 01/12/2020, 07:30 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com – Suriah dan Rusia menghadapi tekanan baru atas tuduhan penggunaan senjata kimia dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

Dalam pertemuannya pada Senin (30/11/2020), OPCW memberikan tekanan terbaru kepada Rusia dan Suriah sebagaimana dilansir dari AFP.

Rusia didesak oleh negara-negara Barat untuk secara transparan mengungkapkan kasus keracunan zat saraf Novichok terhadap tokoh oposisi Alexei Navalny.

Sementara itu, Suriah menghadapi seruan sanksi OPCW setelah penyelidik menuduh rezim Suriah melakukan pengunaan gas sarin untuk melakukan serangan pada 2017.

Baca juga: Diduga Berbahan Kimia, Water Cannon Polisi Thailand Bikin Mata Perih

Baik Rusia dan Suriah telah berulang kali membantah tuduhan tersebut, menuduh bahwa kekuatan Barat telah mempolitisasi OPCW yang berbasis di Den Haag, Belanda.

Kepala OPCW Fernando Arias mengatakan Suriah telah gagal memenuhi tenggat waktu 90 hari yang ditetapkan pada Juli untuk mengumumkan senjata apa yang digunakan dalam sebuah serangan di Desa Lataminah pada 2017 dan untuk mengungkapkan sisa persediaan bahan kimianya.

"Republik Arab Suriah belum menyelesaikan tindakan apa pun," kata Arias dalam pertemuan itu.

Duta Besar Perancis Luis Vassy mengusulkan agar OPCW seharusnya menangguhkan hak dan hak istimewa Suriah karena gagal memenuhi tenggat waktu yang telah diberikan.

Baca juga: NATO Minta Rusia Ungkap Program Agen Saraf Novichok yang Diduga jadi Senjata Kimia Racuni Navalny

Hak-hak yang dimaksud termasuk hak suara Suriah di OPCW. Pasalnya Suriah selalu menangkis tuduhan penggunaan senjata beracun selama bertahun-tahun di badan tersebut.

Sementara itu, Rusia berada di bawah tekanan atas keracunan Navalny. Politikus dan para pemerintah Barat menyalahkan Kremlin atas kasus tersebut.

OPCW telah mengonfirmasi adanya tanda penggunaan racun saraf era Uni Soviet, Novichok, dalam sampel yang diambil dari Navalny di rumah sakit di Jerman.

Baca juga: Selang Sepekan, Jet Tempur Israel Gempur Suriah Lagi

 

Arias mengatakan, OPCW masih dalam pembicaraan dengan Rusia untuk mengirim tim pencari fakta ke negara tersebut untuk menyelidiki insiden itu.

Dalam sebuah pernyataan bersama, sebanyak 55 negara termasuk Amerika Serikat (AS), Jepang, Kanada, Australia dan banyak negara Eropa mengutuk serangan terhadap Navalny.

Mereka mendesak Rusia untuk membantu penyelidikan dengan mengungkapkan secara cepat dan transparan mengenai serangan senjata kimia tersebut di wilayah Rusia.

OPCW memiliki 193 negara anggota dan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 2013 atas usahanya menghancurkan persediaan senjata kimia dunia.

Baca juga: Terungkap, Ini Alasan Jet Tempur Israel Gempur Suriah dan Tewaskan 10 Orang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com