Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adelaide Terapkan Lockdown Paling Ketat, Begini Kondisi WNI di Sana

Kompas.com - 21/11/2020, 20:35 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Harus pakai masker lagi, padahal baru lepas pekan lalu

Susana Kodhyat asal Bandung, Jawa Barat, juga penduduk di Adelaide dan sudah menjadi perawat di panti bagi warga lansia selama 14 tahun.

Menurutnya, lockdown tidak akan memengaruhi kerjanya, tetapi ia perlu kembali menyesuaikan diri dengan protokol kesehatan semasa lockdown.

"Padahal kita baru saja senang karena minggu lalu tidak harus lagi pakai masker. Sekarang harus pake APD (alat pelindung diri) dan masker," kata Susana kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.

"Karena pakai masker untuk beberapa jam susah bernafas," ujarnya.

Sebelumnya di negara bagian itu sudah beberapa bulan tidak ada kasus penularan lokal sehingga masker tidak lagi wajib dikenakan.

Baca juga: Universitas di Australia Ini Bakal Menutup Jurusan Bahasa Indonesia, Tekanan dari Berbagai Pihak Diperlukan

Menurut Susana, keputusan pemerintah ini harus didukung.

"Ini keputusan yang sangat bagus dan tepat. Karena saya dan warga Adelaide lainnya tidak menginginkan kejadian seperti di Melbourne ataupun di Eropa atau di Amerika Serikat," katanya lagi.

Susana yang bekerja di rumah lansia yang memiliki 120 penghuni ini mengatakan, yang dikhawatirkannya adalah pekerja seperti dirinya atau tamu yang membawa virus ke dalam panti.

"Penghuni di rumah perawatan lansia rasanya aman. Yang membuat khawatir yaitu pengunjung atau kami sendiri para pegawai karena mungkin secara tidak sadar kami sebagai pembawa virus tersebut dengan tidak ada gejala sama sekali," katanya.

Baca juga: Australia Memasuki Musim Durian: Baunya Sudah Tercium

Sudah mempersiapkan diri sejak lama

Seorang warga Indonesia lainnya Deni Gare yang sudah tinggal selama 12 tahun di Adelaide sekarang bekerja sebagai pegawai negeri di salah satu kantor pemerintahan negara bagian Australia Selatan.

Dia mengatakan kali ini untuk pertama kalinya dia akan bekerja dari rumah.

"Saat lockdown bulan Maret lalu, saya harus tetap masuk kerja karena pekerjaan saya di kantor tidak bisa dibawa pulang," katanya.

Setelah mendapat kabar bahwa mereka sekarang harus bekerja dari rumah, Deni sudah mempersiapkan diri sejak tadi malam.

"Laptop kantor saya bawa pulang. Pagi ini saya sudah melakukan dua rapat secara online, dan saya sudah buat Microsoft Teams untuk mempermudah komunikasi dengan tim kerja saya," tambahnya.

Baca juga: Masjid di Australia Buka Lagi Setelah 8 Bulan Tutup karena Covid-19

Menurut Deni, dia beberapa kali mendengarkan dan menonton YouTube dari beberapa kalangan umat Kristiani yang memperkirakan kemungkinan terjadinya penularan Covid-19 gelombang kedua antara bulan Oktober sampai Maret 2021.

"Karena itu saya sudah siap dengan bahan-bahan makanan, daging beku, tisu, sejak sebelum Oktober," kata Deni lagi.

Meski demikian, Deni mengaku kunjungannya ke fisioterapis setiap Selasa dan Kamis semuanya dibatalkan selama enam hari ke depan.

"Suami saya juga sebenarnya ulang tahun hari ini dan kita rencana pesta ulang tahun hari Sabtu. Tapi karena lockdown, pesta kami ajukan semalam. Setelah pulang kerja saya beli piza dan kue ulang tahun," ujarnya.

"Banyak orang yang beli piza, jadi menurut penjualnya waktu tunggu yang biasanya 30 menit, sekarang jadi satu jam," kata Deni Gare.

Baca juga: Merek Fesyen Perancis, Hermes, Akan Bangun Peternakan Buaya Terbesar di Australia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com