Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kewalahan, Salah 1 Pusat Wabah Covid-19 di AS Ini Kerahkan Tahanan untuk Angkut Jenazah

Kompas.com - 19/11/2020, 13:39 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

EL PASO, KOMPAS.com - Amerika Serikat mencatat kasus Covid-19 sebanyak lebih dari sembilan juta pada awal November, namun beberapa pekan kemudian jumlah kasus meningkat menjadi 11 juta.

Satu kota di Texas barat, El Paso, menjadi salah satu pusat penyebaran tertinggi. Sedemikian kewalahan pemerintah kota, para tahanan turut dikerahkan untuk membantu memindahkan jenazah korban Covid-19 ke truk pendingin.

Kota yang terletak di perbatasan dengan Meksiko ini dikenal dengan lanskap gurun pasir, kompleks militer, dan kondisi terik.

Baca juga: Saat Jenazah Covid-19 Kami Angkat, Saya Meneteskan Air Mata Melihat Keluarga Mereka

Di tengah kasus yang terus meningkat, asosiasi medis meminta Presiden Donald Trump menyerahkan data Covid-19 kepada presiden terpilih Joe Biden.

Dalam surat yang diterbitkan Selasa (17/11/2020), kepala asosiasi medis, asosiasi perawat, dan asosiasi rumah sakit memperingatkan bahwa informasi tentang obat dan kapasitas rumah sakit "harus dibagikan (kepada Biden) untuk menyelamatkan banyak orang".

Mereka meminta informasi itu harus segera diserahkan kepada tim Biden, "secepat mungkin untuk membantu perencanaan strategis guna menjamin perawatan pasien."

Surat itu muncul setelah Biden memperingatkan bahwa korban meninggal akan bertambah bila rencana pemerintahannya dihambat oleh Trump.

Di lapangan, petugas yang kewalahan serta protokol kesehatan yang tidak diterapkan terjadi di banyak tempat di AS, termasuk di El Paso. Inilah lima kejadian di kota tersebut.

Baca juga: Peringatkan Warga yang Padati Pusat Perbelanjaan, 5 Peti Jenazah Corona Diarak Keliling Kota

Rumah sakit kewalahan

Jumlah kasus virus corona di El Paso meningkat lebih dari 1.000 setiap hari dan jumlah total saat ini sekitar 76.000 orang yang terinfeksi. Jumlah kasus ini sama dengan jumlah total infeksi di Yunani atau Libia.

Data menunjukan sekitar 1.120 warga El Paso tengah dirawat dan 782 orang meninggal.

Rumah sakit dan pekerja medis kewalahan dalam menangani banyaknya pasien.

Juru bicara rumah sakit di El Paso mengatakan pihaknya melihat dampak "fisik dan mental" para petugas kesehatan yang menangani pasien Covid-19.

Dengan jumlah kasus yang terus meningkat ini, gedung pusat pertemuan di El Paso baru-baru ini dijadikan rumah sakit darurat.

Sejumlah rumah sakit terlalu penuh sehingga pasien perlu diangkut dengan pesawat udara ke kota-kota lain di negara bagian itu.

Hakim El Paso, Ricardo Samaniego, mengatakan wilayah itu telah menyedikan 500 tempat tidur tambahan, namun dengan peningkatan yang begitu tinggi, fasilitas itu akan penuh minggu depan.

Baca juga: Kisah Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19 di Depok, Bekerja Tanpa Pikirkan Honor

Para tahanan dikerahkan untuk bekerja di truk-truk penyimpan jenazah di El Paso, kota yang menjadi salah satu pusat wabah Covid-19 di Amerika Serikat (AS).Reuters via BBC Para tahanan dikerahkan untuk bekerja di truk-truk penyimpan jenazah di El Paso, kota yang menjadi salah satu pusat wabah Covid-19 di Amerika Serikat (AS).

10 truk penyimpan jenazah

Selain rumah sakit, kamar jenazah juga penuh. Para petugas menjadikan truk-truk berpendingin sebagai tempat penyimpanan jenazah.

Sejauh ini, petugas medis meminta setidaknya 10 truk penyimpan jenazah.

Fasilitas truk ini dalam satu minggu terakhir menyimpan lebih dari 150 jenazah.

Kementerian Pertahanan AS bulan ini mengerahkan tim medis untuk membantu petugas kesehatan di kawasan ini.

Perusahaan pemakaman juga kewalahan menghadapi situasi ini. Manajer salah satu perusahaan, Jorge Ortiz mengatakan kepada tKERA News ia menjadikan kapel di kantornya menjadi kamar pendingin.

Ortiz mengatakan puncak pandemi pada pertengahan tahun "tidak ada apa-apanya dibandingkan saat ini."

Baca juga: Butuh Lahan TPU Jenazah Covid-19, Pemprov Jakarta Anggarkan Rp 254 M dalam APBD-P 2020

Tahanan dikerahkan memindahkan jenazah

Kota di Texas itu juga mengalami kekurangan tenaga kerja dan para pejabat setempat menghadapi kritikan karena mengerahkan tahanan.

Para tahanan ikut membantu memindahkan jenazah ke truk pendingin.

Juru bicara kantor pejabat kota mengatakan para tahanan - yang dipenjara karena pelanggaran ringan - dibayar sekitar 2 dollar AS (Rp 28.000) per jam. Kerja itu disebutkan sukarela dan mereka dilengkapi dengan pakaian pelindung.

Hakim Samaniego menyebut pengerahan tahanan adalah pilihan terakhir.

"Bila tidak ada personel atau siapapun yang bisa membantu, kami mencari sukarelawan, termasuk tahanan, itulah pilihan terakhir," katanya seperti dikutip KFOX14 News.

Hakim menambahkan para pejabat menanti bantuan tentara namun militer belum memastikan apakah mereka dapat memenuhi permintaan itu.

Baca juga: Biaya Pemakaman Jenazah Covid-19 di Kota Padang Mencapai Rp 3 Juta

Enam bulan, enam anggota keluarga meninggal

Dalam enam bulan terakhir, seorang perempuan di El Paso mengatakan enam anggota keluarganya meninggal karena Covid-19.

Bonnie Soria Najera mengatakan kepada Good Morning America bahwa pamannya meninggal Minggu (15/11/2020) lalu dan virus corona juga merenggut nyawa orang tuanya, dua tante, dan sepupunya.

Ibu Najera pertama dites positif Mei lalu. Dalam waktu tiga hari, ibunya harus dibantu dengan ventilator. Ayahnya sakit tak lama kemudian dan harus dirawat di rumah sakit yang berbeda.

Satu minggu setelah dites positif, ibu Najera meninggal. Dan satu jam setelah mendapat kabar duka soal ibunya, ayahnya harus dibantu mesin ventilator, dan meninggal tiga minggu kemudian.

Najera sendiri juga tertular namun sembuh.

Ia menyerukan kepada pemerintah Texas untuk menerapkan jaga jarak seperti yang telah diupayakan anggota keluarganya.

Baca juga: Nekat Bawa Pulang Paksa Jenazah Covid-19 Bisa Didenda hingga Rp 7,5 Juta

Foto yang diambil pada 23 Mei 2020 di Los Angeles, California, Amerika Serikat, menunjukkan seorang perempuan berada di depan komputer melihat twit yang dirilis New York Times. Koran terkemuka AS itu membeberkan daftar 1.000 korban meninggal karena Covid-19 di halaman depan mereka.AFP PHOTO/AGUSTIN PAULLIER Foto yang diambil pada 23 Mei 2020 di Los Angeles, California, Amerika Serikat, menunjukkan seorang perempuan berada di depan komputer melihat twit yang dirilis New York Times. Koran terkemuka AS itu membeberkan daftar 1.000 korban meninggal karena Covid-19 di halaman depan mereka.

Tidak ada karantina wilayah di El Paso

Walaupun banyak warga El Paso yang khawatir, sejauh ini tidak ada karantina di Texas.

Hari Jumat lalu, pengadilan banding membatalkan aturan karantina setelah pemilik restoran dan jaksa negara bagian menuntut Hakim Samaniego karena menerapkan karantina.

Jaksa Agung Negara Bagian Texas, Ken Paxton, menyebut Hakim Samaniego bersikap "tirani" atas langkah itu.

Hakim menjawab dengan menyatakan "sangat disayangkan" bahwa jaksa agung hanya berbicara "dan bukannya datang ke El Paso dan melihat sendiri bersama saya dan berjalan menyusuri truk-truk penyimpan jenazah."

Hakim Samaniego menambahkan ia kecewa dengan keputusan itu namun menambahkan warga El Paso harus mematuhi peraturan protokol kesehatan.

Baca juga: Berhati Mulia, Kakek di Semarang Makamkan Ratusan Jenazah Covid-19 Tanpa Digaji

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com