Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Thailand Ultimatum PM Prayut Chan-o-cha untuk Mengundurkan Diri dalam 3 Hari Ini

Kompas.com - 22/10/2020, 15:45 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

"Sementara situasi politik sejauh ini terkendali, protes yang berlarut-larut bukan pertanda baik bagi pemulihan ekonomi Thailand," imbuhnya.

Demonstrasi tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, dan bahkan mulai menyebar ke bagian lain Thailand.

Baca juga: Terus Beritakan Aksi Anti-Pemerintah, Pemerintah Thailand Tutup Kantor Berita Ini

Masyarakat Thailand juga telah keluar dari anggapan tabu tentang mengkritik keluarga kerajaan secara terbuka, dengan menuntut agar raja tidak lagi mendukung kudeta.

Mereka menuntut transparansi tentang bagaimana dana negara dihabiskan, dan menyingkirkan undang-undang yang menghambat diskusi tentang keluarga kerajaan.

Unjuk rasa serentak oleh kelompok pro-royalis untuk mendukung Raja Maha Vajiralongkorn juga menimbulkan kekhawatiran bentrokan antara kelompok yang bersaing.

Gerakan protes pada masa lalu di Thailand telah berakhir dengan bentrokan berdarah yang keras. Bentrokan terakbhir sebelum tahun ini adalah pada 2010.

Prayut, mantan panglima militer yang melancarkan kudeta pada 2014, mendesak para pengunjuk rasa untuk mempercayai proses parlemen untuk mengatasi keluhan mereka.

Ia menyampaikan itu selama sesi khusus yang direncanakan pekan depan dan mengatakan pemerintah, serta para aktivis harus "masing-masing mundur" dan "mencari tahu solusi untuk masalah".

Baca juga: Semakin Ditekan Demonstran, PM Thailand Panggil Kembali Parlemen

Raja mendukung sesi yang akan diadakan mulai 26 Oktober, menurut pemberitahuan Royal Gazette pada Rabu.

Para pengunjuk rasa yang dipimpin pemuda juga menyerukan pengunduran diri pemerintahan Prayut dan penulisan ulang konstitusi, yang dirancang oleh panel yang ditunjuk militer setelah kudeta 2014.

Para aktivis mengatakan piagam itu penting dalam membantu Prayut mempertahankan kekuasaan setelah pemilu 2019.

Prayut mengatakan sudah waktunya untuk memutus siklus para pemimpin pemerintah yang harus menghadapi gerombolan kelompok yang berlawanan untuk mencegah negara menjadi tidak dapat diatur dan turun ke dalam kekacauan.

"Satu-satunya cara pasti untuk mencapai resolusi yang berkelanjutan dan bertahan lama untuk masalah-masalah tersebut adalah dengan berbicara satu sama lain, menghormati proses hukum yang berlaku, dan kemudian membiarkan keinginan rakyat diselesaikan di parlemen," kata Prayut.

"Hanya itu caranya," pungkasnya.

Baca juga: Demo Thailand Mirip Demo Hong Kong, Ini 5 Kesamaannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com