Diskursus keagamaan yang sedang digulirkan pemerintah Perancis menurutnya bersifat “anti-Islam”.
“Kebijakan antimuslim adalah alat yang paling menguntungkan bagi politisi-politisi barat untuk menyembunyikan kegagalan mereka,” pungkas presiden Turki itu.
Macron dikabarkan kini berada di bawah tekanan partai-partai oposisi. Pemimpin partai populis kanan, Marine Le Pen, yang diprediksi bakal kembali bersaing dalam Pemilu Kepresidenan 2022, mendesak pemerintah di Paris menerapkan UU Darurat Perang dan menghentikan arus migrasi.
Baca juga: Ketua Konferensi Imam Perancis Sebut Guru yang Dipenggal adalah Pejuang Kebebasan Berekspresi
Kedua tokoh politik puncak Perancis itu, saat ini bersaing ketat di setiap jajak pendapat pemilu kepresidenan.
Konsep Islam Perancis yang digagas pemerintah juga dinilai bermasalah, lantaran melanggar asas sekularisme yang melarang campurtangan negara terhadap agama.
H. A. Hellyer, peneliti Timur Tengah Inggris, menilai diskursus tersebut bernilai politis.
Dalam tulisan terbarunya untuk jurnal Foreign Policy, Hellyer menilai terobosan Macron untuk Islam moderat sebenarnya adalah upaya politik meredam manuver Le Pen yang gemar “menyalahkan kaum muslim untuk semua masalah di Perancis.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.