PARIS, KOMPAS.com - Aksi pemenggalan kepala seorang guru di Paris menghidupkan kembali diskursus tentang Islam yang berpatutan dengan nilai-nilai Perancis, setelah ramai dikecam komunitas muslim, termasuk oleh al-Azhar.
“Sebagai seorang muslim dan Syeikh al-Azhar, saya mendeklarasikan bahwa Islam, ajaran dan Rosulnya tidak bersalah atas kejahatan keji teroris,” kata Syeikh al-Tayeb merujuk pada peristiwa pemenggalan Samuel Paty pada Jumat (16/10/2020).
Pernyataan kecaman itu dibacakan Syeikh al-Tayeb saat berpidato di hadapan pemuka agama Kristen, Yahudi dan Buddha, termasuk Paus Fransiskus dan Rabi Agung Perancis, Haim Korsia.
Melansir Deutsche Welle pada Rabu (21/10/2020) mereka bertatap muka secara virtual di Bukit Capitolino, Roma, Italia, untuk sebuah deklarasi damai.
Syeikh al-Tayeb juga mewanti-wanti terhadap ujaran yang merendahkan keyakinan orang lain.
“Pada saat yang sama saya menekankan bahwa penghinaan agama dan serangan terhadap simbol-simbol sucinya di bawah bendera kebebasan berekspresi adalah standar ganda intelektual dan sebuah undangan terbuka terhadap kebencian,” tegas Syeikh al-Azhar itu.
Baca juga: Pemenggal Kepala Guru di Perancis Sogok Murid hingga Rp 6 Juta Sebelum Beraksi
Samuel Paty yang berusia 47 tahun dibunuh oleh seorang pemuda 18 tahun asal Chechnya. Saat itu korban dalam perjalanan pulang usai mengajar di sebuah sekolah menengah pertama di Conflans-Sainte-Honorine, tidak jauh dari ibu kota Paris.
Paty dianggap melecehkan Islam saat menunjukkan gambar katun Nabi Muhammad milik Charlie Hebdo kepada murid-muridnya.
Tidak suka dengan tindakan itu, Abdullakh Anzorov, membunuhnya dengan memenggal kepalanya, lalu mengunggah foto jenazah korban di Twitter, sebelum kemudian ia sendiri tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Menteri Dalam Negeri Perancis, Gerald Darmanin, mengumumkan telah menangkap 16 orang, termasuk seorang ustad radikal dan 4 anggota keluarga Anzorov.
Menurut Darmanin, sang ustad dan ayah Abdullakh sebelumnya sudah menerbitkan fatwa mati terhadap korban.
“Para teroris ini tidak mewakili agama yang dibawa Nabi Muhammad, serupa dengan teroris di Selandia Baru yang membunuh muslim di dalam masjid yang tidak mewakili agama Yesus,” kata Syeikh al-Tayeb.
September silam Al-Azhar sendiri mengecam keputusan redaksi Charlie Hebdo dalam edisi khususnya menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad. Edisi khusus itu diluncurkan pada pembukaan sidang serangan teror terhadap kantornya di Paris pada 2015 silam.
Bagi Hassan Chalghoumi, seorang imam di sebuah masjid di Drancy di tepi kota Paris, Samuel Paty adalah seorang “martir” bagi kebebasan berekspresi.
Chalghoumi mengajak masjid-masjid di Perancis untuk menggelar doa bersama bagi sang guru pada ibadah Jumat di penghujung pekan.