Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerja Gelap Tak Diampuni, Bagaimana Nasib Pertanian Australia?

Kompas.com - 20/10/2020, 14:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Pemerintah Australia memutuskan untuk tidak memberikan pengampunan kepada para pekerja gelap. Keputusan ini mendapat kecaman dari berbagai kalangan.

Hari Senin malam, sebelum sidang di Majelis Tinggi Parlemen Australia di Canberra, Menteri Urusan Tenaga Kerja Michaela Cash menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mengambil langkah tersebut.

"Posisi pemerintah adalah tidak akan memberikan amnesti (pengampunan)," kata Senator Cash.

"Amnesti akan mengirimkan pesan berbahaya bahwa tidak adanya salahnya untuk melanggar aturan visa dan migrasi, prinsip dasar yang sudah berusaha dibangun oleh pemerintahan ini selama beberapa waktu lamanya," sambung Cash.

Baca juga: Penerbangan Pertama Selandia Baru-Australia Tanpa Karantina, Setelah Kasus Covid-1 Menyusut

Menurut perkiraan Pemerintah Australia, saat ini ada sekitar 70 ribu pekerja gelap yang tidak memiliki dokumen resmi.

Juru bicara Federasi Petani di negara bagian Victoria Emma Germano mengecam keputusan pemerintah tersebut dan menuduh Pemerintah Australia sebagai penyedia jasa tenaga kerja yang didasari sistem yang tidak fair, tidak etis, dan tidak berkelanjutan.

Beberapa kelompok lobi pertanian mengharapkan adanya pengampunan guna membantu sektor pertanian mengatasi masalah pekerja ilegal sekaligus membersihkan industri ini dari percaloan.

Victoria Emma Germano adalah salah satu orang yang mengusulkan amnesti sejak 2017 dan mengatakan para petani merasa frustrasi karena pemerintah tidak mau mengambil jalan pemberian pengampunan.

Baca juga: Puluhan Tahun Tinggal di Australia, Orang-orang Ini Tak Rela Lepaskan Kewarganegaraan Indonesia

"Petani marah karena pemerintah pura-pura serius untuk mengkaji masalah ini, tapi kemudian tidak mengambil keputusan serius," kata Germano.

"Malahan mereka mendukung pasar gelap di ladang pertanian dengan memberikan upah yang merusak pasar bagi petani yang mematuhi aturan dan membayar upah dengan benar," sambung Germano.

"Ini juga membuat para pekerja ilegal dalam keadaan bahaya terus menerus," lanjut Germano.

Awal Oktober, Menteri Pertanian Australia David Littleproud mengatakan pemerintah federal sudah mendiskusikan masalah pekerja gelap ini sebagai salah satu alternatif untuk mengisi kekurangan tenaga kerja di sektor pertanian saat ini.

Baca juga: Perempuan Australia Ini Ditahan Lagi sebagai Anggota ISIS

Usul itu awalnya disampaikan oleh Menteri Pertanian Victoria Jaclyn Symes dalam pertemuan menteri pertanian seluruh Australia beberapa waktu lalu yang membahas masalah kekurangan tenaga kerja karena pandemi Covid-19.

Pengampunan itu juga didukung oleh Menteri Pertanian Australia Barat Alannah MacTiernan.

Tahun lalu laporan yang dibuat oleh University of Adelaide mengatakan bahwa petani Australia harus bergantung pada pekerja gelap supaya hasil panen mereka tidak membusuk.

Dikatakan bahwa eksploitasi terhadap para pekerja gelap sudah menjadi 'norma yang biasa'.

Sekitar 70 persen pekerja di sektor pertanian adalah warga asing dan tahun ini ada kekhawatiran bahwa panenan akan terbengkalai karena sejak bulan Maret lalu Australia menutup perbatasan internasional karena Covid-19.

Baca juga: Pertama Kalinya dalam 3.000 Tahun, Setan Tasmania Kembali ke Daratan Utama Australia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Global
[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

Global
WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com