Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menang Mayoritas di Pemilu Selandia Baru, Justru Jadi Tantangan Tebesar Jacinda Ardern

Kompas.com - 18/10/2020, 22:16 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Sebelumnya, ada persepsi yang sangat nyata bahwa Ardern bisa menjadi perdana menteri satu periode karena ada rasa ketidakpuasan terhadapnya.

Pada masa jabatan pertamanya, Ardern mengandalkan dukungan dari Partai New Zealand First yang populis dan Partai Hijau yang berhaluan kiri-tengah untuk membentuk pemerintahan.

Sekarang, dengan New Zealand First tidak berhasil kembali ke parlemen, dan Partai Hijau tidak diperlukan untuk mencapai mayoritas, ia bisa melakukannya sendiri.

Baca juga: Selandia Baru Adakan Pemungutan Suara untuk Pelegalan Ganja dan Euthanasia

Tapi apakah ia akan melakukannya adalah pertanyaan lain. Gaya kepemimpinan Ardern adalah gaya kepemimpinan yang lebih memilih kompromi dan konsensus.

Ia akan menyadari bahwa meskipun pemilih telah memberinya suara mayoritas, ini lebih karena kekhasan sistem pemungutan suara representasi Proporsional Anggota Dewan Campuran (MMP) - sistem yang meminta orang untuk memilih dua kali, untuk partai pilihan mereka dan untuk elektoratnya, atau konstituensi, Anggota Dewan - daripada popularitasnya.

Partai Buruh terbantu oleh fakta bahwa ribuan suara telah "terbuang percuma" ke partai-partai yang tidak mendapatkan perwakilan. Suara ini diabaikan saat mengalokasikan kursi. Akibatnya, ini berarti Partai Buruh bisa mengamankan mayoritas di Parlemen hanya perolehan suara di bawah 50 persen.

Kemungkinan besar hasil pemilu tahun 2020 ini adalah penyimpangan, dan tidak akan menyebabkan perubahan permanen dalam budaya politik Selandia Baru.

Pada pemilu berikutnya, Partai Buruh mungkin harus bergantung lagi pada Partai Hijau atau partai lain untuk mempertahankan kekuasaan.

Baca juga: PM Selandia Baru Jacinda Ardern Berjanji Mundur jika Kalah Pemilu

Jika ia mengambil perspektif yang lebih jangka panjang, maka Ardern mungkin akan cenderung tetap mendukung Partai Hijau dengan menawarkan mereka jabatan dalam pemerintahan berikutnya. Ini akan mencegah kritik dari kiri.

Namun, masih belum pasti apa yang akan dilakukan Ardern dengan masa jabatan keduanya. Kampanye Buruh tidak memiliki ide-ide dan kebijakan baru.

Pada 2017, ia berjanji untuk memimpin "pemerintahan transformasi" namun gagal mewujudkannya selama menjabat. Faktanya, kemiskinan anak dan tunawisma telah memburuk di bawah pemerintahannya.

Meski termotivasi oleh keyakinan akan keadilan sosial, Ardern memiliki watak konservatif yang membuatnya enggan menerima jenis kebijakan radikal yang diperlukan untuk mengatasi ketidaksetaraan struktural.

Baca juga: PM Selandia Baru Jacinda Ardern Ungguli Suara Pemilih 2 Hari Jelang Pemilu

Paradoksnya, pendekatan konservatifnya itulah yang membuat banyak orang Selandia Baru memilih Partai Buruh.

Meskipun memiliki mandat terbesar dari setiap perdana menteri dalam sejarah modern, ia akan merasakan kesulitan yang amat sangat dalam mendamaikan tuntutan pemilih kelas menengah yang makmur dengan mereka yang miskin.

Salah satu isu besar selama kampanye adalah usulan Partai Hijau untuk pajak kekayaan. Ardern dengan tegas menolak hal ini, yang membuat frustrasi para pendukungnya dari kaum progresif.

Selama sebagian besar tahun 2020, Selandia Baru disibukkan dengan usaha melawan Covid-19. Keberhasilan Ardern dalam menyatukan "tim lima juta" - acuan untuk populasi negaranya - adalah bukti kemampuannya yang luar biasa.

Akan tetapi setelah virus dalam kendali, perhatian beralih ke masalah lain seperti pengangguran dan perumahan terjangkau. Para pemilih sekarang mengharapkannya untuk mengatasi masalah tersebut. Itu bukanlah tugas yang mudah.

Baca juga: Dihantam 2 Gelombang Virus Corona, Selandia Baru Sukses Atasi Semuanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com