Oleh karenanya, hanya sekitar 8 persen dari populasi desa yang bisa mencukupi itu, dan hanya 2 persen penduduk Philadelphia yang mampu dan berpartisipasi.
Baca juga: Debat Pilpres AS Kacau, Siapa Pemenangnya?
5. Para wanita harus memilih di New Jersey selama 3 dekade setelah Revolusi Amerika
Lebih dari seabad sebelum Amandemen ke-19 diratifikasi pada 1920, para wanita AS secara legal diizinkan memilih di negara bagian New Jersey; UU tahun 1797 secara eksplisit menyebut para pemilih 'laki-laki' atau 'perempuan'.
Meski sejarawan tidak yakin apakah kemampuan memberikan suara ini adalah celah hukum atau mungkin upaya tulus menuju kesetaraan gender, mereka memilih bukti bahwa para wanita berkumpul di tempat pemungutan suara New Jersey dalam jumlah yang signifikan.
Sayangnya, hak itu dicabut pada tahun 1807 ketika ada laporan dugaan penipuan pemilih dan gangguan lainnya, termasuk rumor tentang seorang pria yang berpakaian seperti wanita dan memilih beberapa kali.
Baca juga: Trump Vs Joe Biden, Berikut Urutan Tahapan Pilpres di AS...
6. Pemilih palsu sudah menjadi masalah besar
Pemilih palsu merajalela di masa kolonial. Menurut Yayasan Hak Konstitusional, terkadang pemilik tanah besar akan memberi hak milik sementara kepada orang-orang yang tak punya tanah dan kemudian menyerahkan kembali akta tanah setelah pemungutan suara.
Orang-orang juga dibayar untuk memilih dengan cara tertentu atau bahkan dibayar untuk tidak memilih sama sekali.
Petugas pemungutan suara yang korup akan mengizinkan orang yang tidak memenuhi syarat untuk memberi suara sementara menolak hak pemilih yang sah.
Intimidasi, ancaman bahkan kekerasan digunakan untuk meyakinkan agar orang membuat pilihannya. Surat suara dipalsukan, sengaja salah dihitung, dihilangkan dan bahkan dihancurkan.
Baca juga: Lawan Trump di Pilpres AS 2020, Berikut Sepak Terjang Joe Biden
7. Kandidat harus membelikan semua orang minuman di pesta meriah
Karena sifatnya sama seperti perayaan, hari pemilu tidak berakhir begitu saja setelah suara diberikan. Ada pesta yang sangat meriah dan gaduh setelahnya.
Menurut sejarawan Nicholas Varga, pada tahun 1768 di New York, sudah menjadi kebiasaan bagi setiap pemilih yang hadir untuk menikmati hidangan dari calon pemenang. Baik itu berupa makanan maupun minuman di kedai minuman terdekat.
Baca juga: Momen Menarik Trump dan Biden Bersilat Lidah dalam Debat Pertama Pilpres AS 2020
8. Orang Afro-Amerika punya festival hari pemilu sendiri
Orang kulit hitam Afro-Amerika tidak mendapatkan hak untuk memilih hingga tahun 1870. Tetapi sebelum itu, mereka memilih pemimpin komunitas mereka sendiri pada hari yang sama dengan komunitas kulit putih, dan dengan cara perayaan yang serupa.
Di New England, festival ini disebut Hari Pemilihan Negro. Menurut Encyclopedia of African American History, "Perayaan yang terkait dengan Hari Pemilihan Negro termasuk menari, berjudi, dan mengonsumsi makanan dan minuman khusus, seperti roti jahe dan bir herbal."
Perayaan tersebut memungkinkan orang-orang yang diperbudak untuk menjaga warisan Afrika mereka tetap hidup dan mengakui para pemimpin komunitas mereka.
Dalam beberapa kasus, pejabat terpilih yang dipilih pada Hari Pemilihan Negro bertindak sebagai penghubung antara komunitas Kulit Hitam dan Putih.
Baca juga: Selama 90 Menit Debat Perdana Pilpres AS, Trump 73 Kali Menginterupsi
9. Khotbah sebelum pemilu
Agama adalah yang dianggap penting di masa kolonial AS. Oleh karenanya, hari pemilu dimulai dengan khotbah keagamaan.
Di New England, tradisi ini berlangsung selama ratusan tahun. Khotbah hari pemilu Connecticut berlangsung dari 1674 hingga 1830, sementara khotbah Massachusetts diadakan selama 250 tahun dari 1634 hingga 1884.
Setiap tahun, seorang pendeta yang berbeda dipilih untuk menyampaikan khotbah, dan tanggung jawab itu dianggap sebagai sebuah kehormatan besar.
“Berlangsung selama satu jam atau kurang karena semua urusan lain akan dibahas pada siang hari, khotbah biasanya cukup teaterikal,” tulis Kelly.
“Selalu bersyukur atas kebaikan masa lalu, pendeta juga mengungkapkan apa saja kesalahan yang diperbuat warga New England, memohon kepada warganya untuk berbuat lebih baik, dan melihat masa depan dengan optimis."
Baca juga: Saat Ditanya Apakah Bakal Terima Hasil PIlpres AS, Ini Jawaban Trump