Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

13 Fakta Sejarah Pemilu AS di Masa Kolonial yang Sangat Berbeda

Kompas.com - 06/10/2020, 11:42 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Oleh karenanya, hanya sekitar 8 persen dari populasi desa yang bisa mencukupi itu, dan hanya 2 persen penduduk Philadelphia yang mampu dan berpartisipasi.

Baca juga: Debat Pilpres AS Kacau, Siapa Pemenangnya?

5. Para wanita harus memilih di New Jersey selama 3 dekade setelah Revolusi Amerika

Lebih dari seabad sebelum Amandemen ke-19 diratifikasi pada 1920, para wanita AS secara legal diizinkan memilih di negara bagian New Jersey; UU tahun 1797 secara eksplisit menyebut para pemilih 'laki-laki' atau 'perempuan'.

Meski sejarawan tidak yakin apakah kemampuan memberikan suara ini adalah celah hukum atau mungkin upaya tulus menuju kesetaraan gender, mereka memilih bukti bahwa para wanita berkumpul di tempat pemungutan suara New Jersey dalam jumlah yang signifikan.

Sayangnya, hak itu dicabut pada tahun 1807 ketika ada laporan dugaan penipuan pemilih dan gangguan lainnya, termasuk rumor tentang seorang pria yang berpakaian seperti wanita dan memilih beberapa kali.

Baca juga: Trump Vs Joe Biden, Berikut Urutan Tahapan Pilpres di AS...

6. Pemilih palsu sudah menjadi masalah besar

Pemilih palsu merajalela di masa kolonial. Menurut Yayasan Hak Konstitusional, terkadang pemilik tanah besar akan memberi hak milik sementara kepada orang-orang yang tak punya tanah dan kemudian menyerahkan kembali akta tanah setelah pemungutan suara.

Orang-orang juga dibayar untuk memilih dengan cara tertentu atau bahkan dibayar untuk tidak memilih sama sekali.

Petugas pemungutan suara yang korup akan mengizinkan orang yang tidak memenuhi syarat untuk memberi suara sementara menolak hak pemilih yang sah.

Intimidasi, ancaman bahkan kekerasan digunakan untuk meyakinkan agar orang membuat pilihannya. Surat suara dipalsukan, sengaja salah dihitung, dihilangkan dan bahkan dihancurkan.

Baca juga: Lawan Trump di Pilpres AS 2020, Berikut Sepak Terjang Joe Biden

7. Kandidat harus membelikan semua orang minuman di pesta meriah

Karena sifatnya sama seperti perayaan, hari pemilu tidak berakhir begitu saja setelah suara diberikan. Ada pesta yang sangat meriah dan gaduh setelahnya.

Menurut sejarawan Nicholas Varga, pada tahun 1768 di New York, sudah menjadi kebiasaan bagi setiap pemilih yang hadir untuk menikmati hidangan dari calon pemenang. Baik itu berupa makanan maupun minuman di kedai minuman terdekat.

Baca juga: Momen Menarik Trump dan Biden Bersilat Lidah dalam Debat Pertama Pilpres AS 2020

8. Orang Afro-Amerika punya festival hari pemilu sendiri

Orang kulit hitam Afro-Amerika tidak mendapatkan hak untuk memilih hingga tahun 1870. Tetapi sebelum itu, mereka memilih pemimpin komunitas mereka sendiri pada hari yang sama dengan komunitas kulit putih, dan dengan cara perayaan yang serupa.

Di New England, festival ini disebut Hari Pemilihan Negro. Menurut Encyclopedia of African American History, "Perayaan yang terkait dengan Hari Pemilihan Negro termasuk menari, berjudi, dan mengonsumsi makanan dan minuman khusus, seperti roti jahe dan bir herbal."

Perayaan tersebut memungkinkan orang-orang yang diperbudak untuk menjaga warisan Afrika mereka tetap hidup dan mengakui para pemimpin komunitas mereka.

Dalam beberapa kasus, pejabat terpilih yang dipilih pada Hari Pemilihan Negro bertindak sebagai penghubung antara komunitas Kulit Hitam dan Putih.

Baca juga: Selama 90 Menit Debat Perdana Pilpres AS, Trump 73 Kali Menginterupsi

9. Khotbah sebelum pemilu

Agama adalah yang dianggap penting di masa kolonial AS. Oleh karenanya, hari pemilu dimulai dengan khotbah keagamaan.

Di New England, tradisi ini berlangsung selama ratusan tahun. Khotbah hari pemilu Connecticut berlangsung dari 1674 hingga 1830, sementara khotbah Massachusetts diadakan selama 250 tahun dari 1634 hingga 1884.

Setiap tahun, seorang pendeta yang berbeda dipilih untuk menyampaikan khotbah, dan tanggung jawab itu dianggap sebagai sebuah kehormatan besar.

“Berlangsung selama satu jam atau kurang karena semua urusan lain akan dibahas pada siang hari, khotbah biasanya cukup teaterikal,” tulis Kelly.

“Selalu bersyukur atas kebaikan masa lalu, pendeta juga mengungkapkan apa saja kesalahan yang diperbuat warga New England, memohon kepada warganya untuk berbuat lebih baik, dan melihat masa depan dengan optimis."

Baca juga: Saat Ditanya Apakah Bakal Terima Hasil PIlpres AS, Ini Jawaban Trump

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com