Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres AS 2020: Siapa Capres Idaman China, Iran, dan Rusia?

Kompas.com - 01/10/2020, 21:58 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

KOMPAS.com - Apakah Kremlin akan berusaha mempertahankan Donald Trump sebagai presiden? Apakah Beijing memberikan dukungan moral kepada Joe Biden?

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kalangan komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) menjelang pemilihan presiden November ini.

Penilaian seorang pejabat tinggi menyebutkan kekuatan-kekuatan asing akan menggunakan "langkah-langkah menebar pengaruh baik tersembunyi maupun terbuka" guna memengaruhi pemilih AS. Kekuatan asing yang dia sebut secara eksplisit adalah Rusia, China dan Iran.

Baca juga: Format Debat Capres AS Akan Diganti, Ini Tanggapan Timses Trump dan Biden

Tiga negara itu tidak bisa disamaratakan, karena menurut pandangan intelijen AS, masing-masing mempunyai tujuan dan kemampuan sendiri.

Penilaian itu sendiri menjadi sorotan. Seorang pembocor rahasia baru-baru ini diduga diminta untuk merendahkan ancaman dari Rusia karena "membuat presiden tampak buruk".

Rusia

Apa yang dikatakan oleh intelijen? Seperti yang mungkin sudah diketahui, Rusia mencuri panggung dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016 dan sesudahnya.

Singkatnya, intelijen AS meyakini Rusia berusaha mempengaruhi pemilih agar mendukung Donald Trump, merujuk pada pertemuan antara timnya dan para pejabat Rusia, serangan siber terhadap tim kampanye Hillary Clinton dalam pilpres lalu dan Demokrat, serangan terhadap database pemilih, serta upaya-upaya untuk membesar-besarkan materi bohong atau memihak di online.

Bulan lalu, panel Senat yang dikuasai kubu Republik memperkuat pandangan bahwa Rusia menginginkan Trump menang, dengan menyimpulkan kampanyenya menjadi sasaran empuk bagi pengaruh asing tetapi tidak sampai menuduh adanya konspirasi kejahatan.

Baca juga: Debat Pertama Pilpres AS Kacau, Formatnya Akan Diganti

Intelijen AS mengatakan Rusia tidak pernah berhenti berusaha mencampuri politik Amerika Serikat.REUTERS via BBC INDONESIA Intelijen AS mengatakan Rusia tidak pernah berhenti berusaha mencampuri politik Amerika Serikat.
Dalam Pilpres AS 2020, rival Trump adalah Joe Biden. Dalam ulasannya, yang ditujukan bagi publik Amerika, Kepala Pusat Keamanan dan Kontraintelijen Nasional (NCSC) William Evanina mengatakan Rusia "menggunakan berbagai langkah untuk secara khusus merendahkan mantan Wakil Presiden Biden".

Dalam pandangan Direktur FBI, Christopher Wray, Rusia tidak pernah berhenti campur tangan. Dia menyebut upaya dalam pemilihan kongres tahun 2018 sebagai "gladi bersih untuk pertunjukan besar pada tahun 2020".

Rusia secara konsisten membantah melakukan campur tangan dalam pemilu di negara-negara lain. Awal tahun ini, seorang juru bicara Kremlin menyebut tuduhan campur tangan "pengumuman paranoia" yang "tidak benar sama sekali".

Terlepas dari pertanyaan apakah Rusia menginginkan Presiden Trump tetap menjabat periode kedua atau tidak, pandangan lain yang sering diutarakan para analis adalah Rusia punya tujuan lebih luas, yaitu untuk menggoyahkan saingan-saingan Trump dengan cara menyebarkan kebingungan.

Baca juga: Biden Sebut Insya Allah Saat Tanggapi Masalah Pajak Trump dalam Debat Capres AS Pertama

Sebagai contoh, tahun ini dokumen Uni Eropa menyebutkan ada kampanye Rusia untuk menyebarkan berita bohong tentang virus corona untuk mempersulit organisasi negara-negara Eropa tersebut mengomunikasikan responsnya. Rusia menyebut tuduhan itu tak berdasar.

Apa yang dikatakan kedua capres? Joe Biden baru-baru ini mengatakan akan ada "harga yang dibayar" jika Rusia terus melakukan campur tangan. Dia menyebut Rusia sebagai "lawan" dari Amerika Serikat.

Presiden Trump seringkali meremehkan tuduhan campur tangan Rusia, yang membuatnya berseberangan dengan para ahli intelijennya sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com