Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Pandemi, Warga Australia Tetap Semangat Belajar Bahasa Indonesia

Kompas.com - 23/09/2020, 10:38 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

 

KOMPAS.com  - Tiga warga Australia dari beragam profesi masih tetap mempelajari Bahasa Indonesia walaupun harus melakukannya secara 'online' di tengah pandemi virus corona.

125 kilometer dari pusat kota Brisbane, tepatnya di kota Toowoomba, Queensland, Australia, Vlad Shuylak mengikuti kelas online Bahasa Indonesia di University of New England (UNE).

Ia tetap mengikuti kelas 'online' bahasa Indonesia dua kali seminggu di tengah kesibukannya bekerja sebagai petani jamur, konselor mahasiswa, serta mahasiswa program gelar ganda.

Vlad yang lahir di Ukraina mengaku tidak menghadapi kesulitan saat belajar bahasa Indonesia, karena menurutnya "sangat mirip dengan bahasa Rusia".

"Saya menganggapnya mudah… tata bahasanya sederhana."

Vlad mempraktikkan kemampuannya berbahasa Indonesia dengan seorang petani jamur asal Indonesia atau menonton video berbahasa Indonesia di Youtube di waktu luangnya.

Ia pertama kali mempelajari bahasa Indonesia di tahun 2016 saat berkunjung ke Jakarta dan Yogyakarta.

"Pelajaran Bahasa Indonesia pertama saya adalah dari sopir taksi yang mengantar saya dari penginapan dekat Monas di Jakarta ke Taman Mini Indonesia," kenang Vlad.

"Perjalanannya satu setengah jam dan di sana ia mengajarkan saya beberapa frasa Indonesia, seperti 'selamat pagi' dan 'apa kabar'."

Vlad mengaku sudah penasaran terhadap Indonesia sejak remaja, salah satunya setelah melihat sebuah keris.

Baca juga: Lockdown di Australia Berhasil, Apakah Bisa Diterapkan di Negara Lain?

Mempermudah pekerjaan polisi di Darwin

Berbeda dengan Vlad, Vikki Richardson sudah mengetahui ilmu berbahasa Indonesia saat ia masih kuliah di tahun 2002.

Tapi sekarang polisi asal Kawasan Australia Utara ini kembali ke bangku diploma untuk mempelajari Bahasa Indonesia secara online dan "menyegarkan kembali ingatannya".

"Selain mudah, [Bahasa Indonesia] juga adalah bahasa yang paling banyak disertai pengalaman saya," kata Vikki yang sempat menjadi tentara Australia selama 14 tahun.

Ia mengaku ketertarikannya pada Indonesia sudah sampai ke "tingkat pribadi", karena sering berkunjung dan melakukan kegiatan amal di Indonesia, bahkan mensponsori anak di Indonesia.

Satu-satunya kesulitan saat belajar Bahasa Indonesia di tengah pandemi Covid-19 adalah membagi kesibukannya antara belajar dan bekerja.

"Pembelajarannya sendiri sangat bagus, gurunya sangat bagus, tapi melakukannya sambil bekerja yang sulit. Dan juga saya sedang belajar bahasa Jepang."

Sebagai seorang polisi, Vikki merasa terbantu dengan kemampuan berbicara dalam Bahasa Indonesia.

"Kemampuan untuk bercakap dalam salah satu bahasa komunitas Darwin membuat saya lebih mudah dalam melakukan pekerjaan saya," katanya.

Bekal pengetahuan bahasa Indonesia juga menurutnya berguna karena sering melakukan program pertukaran pelatihan di Asia.

"Jadi memiliki pengetahuan bahasa dan kebudayaan untuk berinteraksi dengan teman militer dan tetangga kita adalah hal yang baik."

Baca juga: Syarat jadi WN Australia Makin Sulit, Harus Lulus Ujian Minimal 75 Persen

Perawat di Melbourne belajar lewat dongeng

Di tengah 'lockdown' Melbourne, Ida van Selow, perawat di Melbourne Pathology, mengikuti kelas online Bahasa Indonesia untuk mengembalikan kemampuan berbahasa Indonesianya.

"Sejarah saya dengan Indonesia kembali pada nenek dan ayah saya. Mereka berdua lahir di Jawa," kata Ida yang lahir di Belanda 63 tahun lalu.

"Ayah saya bisa berbicara Bahasa Indonesia. Dia bekerja di sana selama enam tahun, sementara saya tinggal di Jakarta selama dua tahun ketika remaja."

Semasa di Indonesia, Ida mengatakan hanya bisa berbicara kata-kata sederhana dalam Bahasa Indonesia.

Namun, sejak mengikuti kelas online Maret lalu, Ida semakin mengerti tata Bahasa Indonesia yang benar.

Menurutnya, rekaman audio dongeng Indonesia yang sering ia dengarkan di kereta dan interaksi dengan pasien telah membantunya dalam meningkatkan kemampuannya.

"Satu-satunya interaksi yang saya dapatkan dan tidak akan sia-siakan adalah dengan pasien saya yang berasal dari Indonesia. Saya suka berbicara dengan mereka," kata Ida.

"Selain itu, saya juga mempunyai banyak teman dari Indonesia di Facebook."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com