BANGKOK, KOMPAS.com - Usai pencopotan "Plakat Rakyat" yang dipasang para demonstran di dekat Istana Agung Bangkok, para aktivis pada Senin (21/9/2020) bersumpah pencabutan itu menandai awal perjuangan untuk mereformasi kerajaan.
Sekitar 30.000 demonstran tumpah di jalan akhir pekan lalu, dalam unjuk rasa terbesar yang dimpimpin mahasiswa. Aksi itu terjadi hampir tiap hari mulai 2 bulan lalu.
Massa menuntut pengunduran diri Perdana Menyeri Prayuth Chan-o-cha, mantan panglima militer yang mendalangi kudeta 2014, dan beberapa juga menyerukan agar kerajaan tidak terlibat dalam politik.
Baca juga: Berani Menentang Raja, Ini Penyebab Demo Thailand dan Prediksi Selanjutnya
Kemudian tindakan paling simbolis sejauh ini adalah pemasangan "Plakat Rakyat" yaitu pelat kuningan seukuran penutup lubang got, di taman Sanam Luang dekat Istana Agung Bangkok.
Pemasangan dimaksudkan untuk meniru plakat yang dipasang puluhan tahun lalu tapi secara misterius hilang pada 2017.
Lalu kemarin plakat baru itu juga raib dari tempatnya, dan polisi mengatakan ke wartawan mereka telah mencopotnya untuk "digunakan sebagai bukti".
Para demonstran dituduh "melakukan perubahan pada area arkeologi tanpa izin," kata Sataporn Tiengdham dari Arkeologi Seni Rupa.
Baca juga: Mengapa Demonstran Mulai Berani Menantang Raja Thailand? Ini Kronologinya
Aktivis terkemuka Parit Chiwarak membantahnya. "Kami baru saja masuk taman dan pergi. Kami tidak menyebabkan kerusakan apa pun."
Namun jika terbukti bersalah, para demonstran bisa dijeblosan ke penjara 3 tahun.
Meski plakat simbolis itu hilang lagi, para demonstran tidak patah arang.
Plakat itu "ditanam di hati rakyat Thailand," kata Parit di hadapan media, dan bersumpah para pengunjuk rasa akan membuat replikanya lalu memasang di seluruh kota.
"Perjuangan kami dalam dua hari terakhir ini bersejarah. Plakat itu hanya awal dari perjuangan reformasi monarki," lanjutnya dikutip dari AFP.
Baca juga: Tantang Raja Thailand, Pengunjuk Rasa Pasang Plakat Negara Milik Rakyat
Plakat baru itu berbunyi, "Rakyat telah menyatakan isi hatinya bahwa negara ini milik rakyat, dan bukan raja."
Saat dipasang pada Sabtu (19/9/2020), kerumunan orang bersorak "Ganyang feodalisme, panjang umur rakyat."
Pencopotannya menunjukkan "pendukung istana tidak hanya marah oleh tuntutan reformasi monarki, tetapi tidak akan menerima simbol apa pun yang mencerminkan perlawanan terhadap istana," ujar Paul Chamber dari Naresuan University.
Baca juga: Sehari Setelah Dipasang, Plakat yang Menentang Raja Thailand Dicopot
Plakat baru itu seperti kuningan asli yang dipasang selama puluhan tahun di halaman Royal Plaza Bangkok.
Plakat lawas memperingati akhir absolutisme kerajaan pada 1932, setelah revolusi yang mengubah kerajaan jadi monarki konstitusional.
Akan tetapi pada 2017 plakat itu hilang secara misterius, setelah Raja Maha Vajiralongkorn naik takhta buntut dari kematian ayahnya. Plakat itu lalu diganti dengan pengingat ke orang Thailand untuk tetap setia pada "bangsa, agama, raja".
Baca juga: Mengenal Hukum Lese-Majeste, Lindungi Raja Thailand dari Kritikan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.