Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengaku Pencipta Racun Novichok, Ilmuwan Ini Minta Maaf ke Navalny

Kompas.com - 21/09/2020, 10:17 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Seorang ilmuwan yang terlibat dalam program rahasia Soviet untuk menciptakan racun saraf Novichok, meminta maaf ke politisi oposisi Rusia Alexei Navalny.

Navalny kini sedang dalam masa pemulihan di Berlin, usai menjalai perawatan karena keracunan yang diduga akibat Novichok.

Vil Mirzayanov ahli kimia yang pertama kali mengungkap pengembangan Novichok melayangkan permintaan maafnya dalam wawancara di TV Rain Rusia pada Sabtu malam (19/9/2020).

Baca juga: 2 Lab Eropa Konfirmasi Navalny Keracunan Novichok, Rusia Didesak Beri Penjelasan

Dia meminta maaf kepada Navalny setelah Jerman mengatakan menemukan "bukti kuat" dia diracuni dengan Novichok.

Pemimpin oposisi Rusia itu Sabtu kemarin mendeskripsikan gejala parahnya setelah jatuh sakit di pesawat pada 20 Agustus, termasuk tak bisa berbicara, dan susah menuangkan segelas air atau memakai telepon.

"Saya meminta maaf sedalam-dalamnya kepada Navalny atas fakta bahwa saya mengambil bagian dalam bisnis kriminal ini," kata Mirzayanov yang sekarang tinggal di AS dan menulis artikel pertama tentang pengembangan Novichok di awal 1990-an.

Baca juga: Kritikus Kremlin, Navalny Unggah Foto Turun Tangga di Instagram Setelah Sadar dari Koma

Permintaan maafnya dilayangkan ketika ilmuwan lain yang berkecimpung di program tersebut menyangkal Navalny mungkin telah diracuni Novichok.

Sejauh ini tiga ilmuwan yang sekarang berusia 70-an tahun telah membuat pernyataan publik setelah mengerjakan proyek rahasia Soviet tersebut.

Mirzayanov juga memperkirakan Navalny akan bisa pulih.

Baca juga: Kremlin: Barang Buktinya di Luar Negeri, Susah Selidiki Keracunan Navalny

"Navalny cuma harus bersabar tetapi pada akhirnya dia akan sehat," kata Mirzayanov memperkirakan pemulihan akan memakan waktu "hampir 1 tahun".

Dia juga menyiratkan kemungkinan besar Navalny meminum racun melalui mulut, karena tampaknya tidak menulari orang lain.

Diberitakan AFP, pernyataannya bertentangan dengan ilmuwan lain yang ikut meracik Novichok. Vladimir Uglev mengatakan ke situs investigasi Projekt, bahwa bisa bertahannya Navalny menunjukkan dia hanya melakukan kontak di kulit.

Para ajudan Navalny mengumpulkan benda-benda yang dibuang dari kamar hotelnya di kota Tomsk, Siberia, dan mengirimnya ke ahli Jerman yang menemukan jejak Novichok di botol air minum.

Baca juga: Ajudan Navalny Temukan Jejak Racun Novichok di Botol dari Hotel

Ilmuwan Rusia Leonid Rink yang menurut media pemerintah bekerja di program pengembangan Novichok, juga menentang komentar Mirzayanov pada Minggu (20/9/2020).

Berbicara ke kantor berita RIA Novosti, Rink mengatakan Mirzayanov saat bekerja di pusat penelitian yang sama dengannya adalah ahli kimia "biasa" yang tidak terlibat langsung dalam penciptaan Novichok.

"Dia tidak ada hubungannya dengan penciptaan Novichok," tegas Rink seraya menambahkan Mirzayanov tidak dapat mengetahui "efek biologisnya".

Menurut Rink, jika benar Navalny keracunan Novichok dia akan mati.

"Dia tidak akan selamat kalau itu Novichok," terangnya.

Baca juga: Belarus Klaim Racun Novichok untuk Navalny Rekayasa Jerman dan Polandia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com