"Cukup banyak manusia yang memiliki kekebalan terhadap virus tersebut, entah karena mereka mendapat vaksinasi atau memiliki kekebalan karena sudah pernah terkena virus itu sebelumnya," kata Dr Short.
"Itu berarti kalau seseorang terkena, kita tidak akan menyebarkannya dan keparahannya sudah berkurang.
"Virus itu tidak hilang, saat di tahun 2010 virus itu masih ada, sudah ada kekebalan terhadap virus dari tahun 2009, sehingga tidak menjadi pandemi."
Bagaimana dengan pandemi flu di tahun 1918?
Pandemi ini banyak dibandingkan dengan Covid-19 dengan bagaimana bisa berakhir tanpa adanya vaksin.
Menurut Dr Short yang membedakannya adalah kekebalan massal.
Tanpa adanya vaksin diperlukan waktu lebih lama untuk pandemi flu tersebut hilang dibandingkan dengan pandemi flu babi di tahun 2009.
"Di tahun 1918, tidak ada vaksin. Virus itu berkembang tanpa kendali dan pandemi itu masih terjadi di beberapa tempat sampai tahun 1921," katanya.
"Yang terjadi adalah munculnya kekebalan massal yang akhirnya membuat virus itu jadi flu biasa."
"Virus tahun 1918 tetap menjadi flu biasa sampai tahun 1958, yang kemudian digantikan oleh jenis H2N2, pandemi flu Asia."
Namun puluhan juta manusia di seluruh dunia meninggal sebelum terbentuknya kekebalan massal.
Baca juga: Vaksin Covid-19, Isu Panas Pertikaian Kampanye Pilpres AS
Para ilmuwan di seluruh penjuru dunia kini sedang berlomba-lomba menciptakan vaksin untuk mengatasi COVID-19.
Namun menurut Dr Short, bila nantinya vaksin COVID-19 tersedia tidaklah dengan serta merta berarti pandemi langsung akan berakhir.
"Tidak akan ada misalnya kita mengatakan di tanggal tertentu, virus ini tidak akan menjadi masalah lagi," kata Dr Short.
"Yang akan terjadi adalah kalau ada vaksin, jumlah kasus akan berkurang. Selain itu pengobatan akan meningkat dan tingkat kematian menurun."
Baca juga: Setelah Dibangun Lagi karena Tragedi 9/11, Gedung WTC Kini Ditinggalkan karena Covid-19
"Jadi kemudian perlahan menghilang, tidak tiba-tiba terjadi."
Dengan adanya vaksin tidaklah berarti virus ini akan menghilang, bahkan setelah masa pandemi dilalui.
"Menghilangkan virus dari dunia ini sangatlah sulit. Kita baru pertama kali berhasil melakukannya terhadap cacar air," kata Dr Short.
"Untuk melakukannya, kita perlu strategi global. Selain itu juga vaksin itu haruslah bisa 100 persen melindungi kita terkena virus dan juga melihat kemungkinan mutasi virus tersebut termasuk di binatang. Ini bukan hal yang mudah." kata Dr Short dari University of Queensland.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.