Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituduh Racuni Alexei Navalny, Kremlin: Omong Kosong

Kompas.com - 26/08/2020, 15:52 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Euronews

"(Ada) sesuatu di tehnya" Yarmysh mengatakan, polisi dan penyidik sudah datang dan menanyai seorang dokter, lalu wartawan melaporkan melihat agen FSB di rumah sakit tersebut.

"Kami rasa Alexei diracuni dengan sesuatu yang dicampur dalam tehnya. Hanya itu yang diminumnya pagi hari," tulis Yarmysh di Twitter.

Ketika dalam kondisi stabil, Navalny diterbangkan ke rumah sakit Charite, Berlin dengan pesawat pada Sabtu pagi untuk tes dan perawatan lebih lanjut, sebuah langkah yang awalnya ditolak oleh dokter di Rusia.

Para pendukung yakin keputusan untuk menghalangi pemindahan Navalny ke Jerman adalah "keputusan politik" yang "mengancam nyawanya", tuduhan yang dibantah oleh staf medis yang merawat Navalny.

Dalam konferensi pers pada Senin, dokter di rumah sakit di Siberia tempat Navalny pertama kali dirawat sebelum dipindahkan ke Jerman mengatakan mereka tidak berada di bawah "tekanan eksternal".

Alexander Murakhovsky, kepala dokter di rumah sakit di kota Omsk di Sibernian, berkata, "Tidak ada tekanan eksternal yang diberikan pada kami, dari pihak dokter atau pasukan lain."

"Kami menyelamatkan hidupnya dengan usaha dan kerja keras," tambahnya.

Staf medis itu juga mencatat bahwa tidak ada jejak racun yang ditemukan di sistem tubuh Navalny dalam tes yang dilakukan di laboratorium di Moskwa dan Omsk.

Dia menambahkan, “Jika kami telah menemukan sejenis racun yang entah bagaimana telah dikonfirmasi maka itu akan jauh lebih mudah bagi kami. Itu akan menjadi diagnosis yang jelas, kondisi yang jelas dan menggunakan pengobatan yang terkenal. "

Baca juga: Dokter Masih Mendiagnosis Segala Kemungkinan yang Membuat Alexei Navalny Tak Sadarkan Diri

Siapakah Alexei Navalny?

 

Alexei Navalny (44) terkenal dengan kampanye anti-korupsinya terhadap pejabat tinggi Rusia dan kritik yang vokal pada Presiden Vladimir Putin.

Sebelum insiden ini dia juga sempat mengalami serangan fisik. Ia menderita luka bakar akibat cairan kimia di matanya pada 2017, ketika wajahnya disiram cairan warna hijau yang digunakan sebagai disinfektan.

Insiden terjadi di luar kantornya. Kemudian Agustus tahun lalu Navalny mengalami ruam dan wajahnya bengkak saat berada di pusat penahanan polisi karena menyerukan protes ilegal.

"Dulu dia diracun di pusat penahanan polisi. Saya yakin sekarang hal yang sama terjadi. Ini gejalanya beda, racunnya juga beda," kata Yarmysh kepada Echo Moskwa.

Dia lalu menceritakan, dia bertemu Navalny saat menuju bandara di kota Tomsk, Siberia, pada Kamis pagi dan saat itu dia tampak "baik-baik" saja.

"Dia hanya minum teh hitam di bandara," katanya. "Segera setelah lepas landas, dia langsung pingsan."

Yarmysh berkata, mereka sedang dalam perjalanan kerja ke Tomsk. Navalny, seorang pengacara karismatik dan seorang whistleblower, melakukan perjalanan untuk mengenalkan pemungutan suara taktis guna menentang para kandidat pro-Putin di lebih dari 30 daerah pemilihan pada September.

Baca juga: Jejak Racun Tak Ditemukan di Tubuh Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com