Dalam beberapa bulan berikutnya, Pavlichenko semakin mahir menjalankan tugasnya.
Baca juga: [KUTIPAN TOKOH DUNIA] Woodrow Wilson, Sosok di Balik Perjanjian Versailles
Berangkat dari kamp pada malam hari, dia akan menuju posisi terdepan di dekat musuh dan berbaring tak bergerak menunggu kesempatan menembak.
"Kamu harus mengendalikan diri, punya keinginan kuat, dan daya tahan tinggi untuk berbaring selama 15 jam tanpa bergerak."
"Kedutan sekecil apa pun bisa membuatmu mati," tulisnya.
Beragam tipe musuh sudah dia hadapi termasuk melawan sniper Jerman.
Salah satu yang paling dikenangnya adalah duel selama tiga hari yang digambarkannya sebagai "salah satu pengalaman paling menegangkan dalam hidupku".
Pada akhirnya, musuh Pavlichenko "membuat satu gerakan terlalu banyak" dan menjadi salah satu dari 36 snipers yang masuk ke daftar korbannya.
Pavlichenko sama sekali tidak menyesali peluru-pelurunya yang membuat musuhnya kehilangan nyawa.
"Satu-satunya perasaan yang kumiliki adalah kepuasan besar yang dirasakan seorang pemburu yang telah membunuh mangsanya."
Baca juga: [KUTIPAN TOKOH DUNIA] Benito Mussolini, Diktator yang Penuh Ambisi
Namun tidak semua kisahnya berakhir bahagia di medan perang. Kekasihnya sekarat di pelukannya, dan peristiwa itu tak pernah dilupakannya sampai ia depresi di tahun-tahun berikutnya.
Ketika perintah turun untuk mengevakuasi Odesa, Pavlichenko menuju Sevastapol di Semenanjung Krimea.
Di sana ia menghabiskan 8 bulan berikutnya mempertahankan kota dan melatih penembak jitu baru.
Ia dua kali dipromosikan naik jabatan. Pertama menjadi Sersan Senior setelah dikonfirmasi mencapai 100 korban, dan yang kedua menjadi Letnan ketika jumlah korbannya jadi 200.
Jerman sangat takut pada Lady Death bahkan mereka sampai berusaha menyuapnya.
"Lyudmila Pavlichenko, datanglah ke kami. Kami akan memberimu banyak coklat dan menjadikanmu seorang perwira Jerman," kenang Lady Death saat mendengarnya dari pengeras suara.
Bujuk rayu itu tak berhasil, dan Jerman beralih mengancam.
Di hari terakhir Pavlichenko di garis depan Jerman berteriak, "Kalau kami menangkapmu, kami akan mencabik-cabikmu jadi 309 bagian dan menyebarkannya ke angin!"
Bukannya takut, Pavlichenko malah senang. Ia menyadari musuh menghitung jumlah korbannya dengan tepat.
Baca juga: [KUTIPAN TOKOH DUNIA] Winston Churchill, PM Inggris di Perang Dunia II
Pavlichenko terluka empat kali dalam pertempuran, dan pecahan peluru di wajahnya pada Juni 1942 menandai akhir masa jayanya di medan perang.
Komando Tinggi Soviet lalu merasa nyawa Pavlichenko akan terlalu berharga jika terenggut, dan mereka pun memerintahkan evakuasinya dari Sevastapol dengan kapal selam.
Setelah sebulan menjalani pemulihan di rumah sakit, Pavlichenko mendapat peran baru.
Ia ditugaskan menggalang dukungan untuk front kedua di Eropa untuk membantu Rusia melawan Jerman.