Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Mereka Dipaksa Berlutut dan Setengah Telanjang', Kisah Kebrutalan Aparat di Belarus

Kompas.com - 15/08/2020, 12:09 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC

Kini, saya hanya ingin meninggalkan negara ini, bersama keluarga saya, jadi saya tidak harus tinggal di sini.

Baca juga: Pilpres Belarus Ricuh, Capres sampai Kabur ke Negara Tetangga

2. Sergei (25) : 'Mereka meneriaki saya dan menyuruh saya merangkak'

Saya dibawa masuk ke mobil van milik polisi beserta 20 orang lainnya, saling berjejalan di dalam van. Seorang petugas Omon berjalan melewati kami, dia juga menekan leher kami dengan sepatu bot mereka, kami tercekik.

Banyak juga dari kami mengalami bengkak di pergelangan tangan karena terlalu lama diborgol, dan jika kami mengeluhkan soal itu, mereka akan memukul tangan kami.

Ada seorang pria menderita Asma yang kesulitan bernapas. Polisi Omon malah menekan leher pria itu dengan sepatu botnya dan berkata, "Suaramu parau pun, kami tak peduli."

Satu pria lainnya tidak mau memberikan akses telepon genggamnya kepada polisi Omon. Mereka melucuti pria itu dan berkata bahwa jika dia tidak memberitahu kode akses teleponnya, dia akan 'diperkosa' dengan alat pentung polisi. Pria yang ketakutan itu langsung setuju.

Mereka meneriaki saya dan meminta kami untuk merangkak. Karena saya terlalu lamban bergerak, mereka memukuli saya. 

Hal itu berlangsung selama beberapa waktu, sampai ada beberapa orang lainnya terlempat ke atas tubuh saya sehingga saya tidak bisa bernapas. 

Ketika saya didorong ke dinding, saya sadar kepala saya berdarah. Saya pun pingsan beberapa kali.

Para dokter tahu orang-orang sedang disiksa, mereka mencoba mengeluarkan mereka. Secara keseluruhan saya diberi 12 jahitan untuk tiga luka, saya menjalani operasi dan mereka mengambil rontgen.

Setelah beberapa jam di rumah sakit, teman-teman pun akhirnya menjemput saya.

Baca juga: Protests in Belarus Following Disputed Presidential Election Results

3. Oleg (24): 'Hanya air dan sepotong roti'

Saya seorang sopir truk, tidak paham apapun soal politik, dan tidak punya musuh seorang pun. Saya melihat apa yang terjadi di internet, saya melihat bagaimana massa dari anak-anak sampai nenek-nenek.

Saya pria muda, saya pikir, kenapa saya berada di rumah saja? Jadi saya putuskan untuk ikut turun ke jalan.

Saya ditangkap hampir tengah malam pada 10 sampai 11 Agustus. Petugas Omon menerjang kami dari belakang, menendang  kami dan memelintir tangan kami ke belakang kepala kami sambil terus menendangi kami.

Selama satu jam setengah, kami diminta berlutu dengan kepala menunduk menghadap tembok. Saat itu tanah berbatu menjadi pijakan, lutut saya masih menghitam akibatnya sampai sekarang.

Siapapun yang protes kala itu dipukuli. Seorang pria berteriak bahwa dia adalah petugas di Dinas Keamanan Federal (FSB). Mereka para petugas Omon mengelilingi pria itu, meninju ulu hatinya, dan 5 petugas lain memukulnya dengan tongkat.

Seorang reporter dari Rusia bahkan dipukuli dan dia berteriak.

Kemudian 120 orang dari kami yang dimasukkan ke dalam sel selama 24 jam hanya diberikan air dan sepotong roti.

Baca juga: Presiden Belarus ini Sebut Vodka dan Sauna Lindungi Diri dari Virus Corona

4. Marylya (31) : 'Pukulan Tongkat Mereka Berdentum'

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com