Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Belarus Alexander Lukashenko, Diktator Terakhir di Eropa, Kembali Menang Pilpres

Kompas.com - 10/08/2020, 16:25 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

MINSK, KOMPAS.com - Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, yang disebut sebagai diktator terakhir di Eropa, kembali memenangkan pemilihan presiden.

Dalam pernyataannya di televisi setempat, Ketua Pemiilihan Pusat Lidia Yermoshina menyatakan, Lukashenko menang dengan meraup 80,23 persen suara.

Sementara penantangnya, seorang ibu rumah tangga berusia 37 tahun Svetlana Tikhanovskaya mendapatkan 9,9 persen suara berdasarkan hasil hitung cepat.

Baca juga: 3 Perempuan Ini Punya Misi Tumbangkan Diktator Terakhir Eropa

Adapun untuk tiga kandidat lainnya seperti diberitakan AFP Senin (10/8/2020), Yermoshina menerangkan mereka menggamit kurang dari dua persen.

Alexander Lukashenko sering dipandang sebagai diktator terakhir Eropa. Sebab, dia sudah menjadi Presiden Belarus sejak 1994 silam.

Dalam pemilihan presiden 2015, dia menang dengan 83,5 persen. Namun seperti dikutip BBC, dia melenggang tanpa perlu menguras keringat.

Sebabnya adalah tidak ada calon yang menantangnya, serta para peninjau melaporkan adanya masalah pada proses penghitungan dan tabulasi.

Pada tahun ini, tantangan mulai didapatkan Lukashenko melalui sosok Tikhanovskaya, yang suaminya Sergei dipenjara saat masa kampanye.

Tikhanovskaya yang merupakan pemimpin oposisi saat ini menyatakan, dia tidak percaya dengan keputusan yang memenangkan petahana.

Baca juga: Presiden Belarus Ini Mengaku Berhasil Kalahkan Virus Corona

"Saya memercayai mata saya, di mana saya melihat mayoritas masih bernama kami," jelas dia kepada awak media Minggu malam (9/8/2020).

Pemilihan tersebut diwarnai bentrokan antara oposisi dengan polisi, yang menuding bahwa pilpres dilaksanakan secara tidak adil.

Berdasarkan laporan kelompok pembela HAM Viasna dikutip Reuters, setidaknya satu pengunjuk rasa tewas dengan 120 lainnya ditangkap.

Penegak hukum Belarus menggunakan granat kejut, peluru karet, hingga tongkat pemukul untuk membubarkan demonstran di ibu kota Minsk maupun tempat lainnya.

Seorang penegak hukum menyeret seorang pria dalam bentrok antara polisi dengan oposisi menyikapi pemilihan presiden Belarus di Minsk, pada 9 Agustus 2020.Dmitry Brushko/Tut.By via REUTERS Seorang penegak hukum menyeret seorang pria dalam bentrok antara polisi dengan oposisi menyikapi pemilihan presiden Belarus di Minsk, pada 9 Agustus 2020.

Baca juga: Presiden Belarus Hadiri Paskah di Tengah Covid-19: Saya Tak Setuju Orang Dihalangi ke Gereja

"Ini adalah aksi protes yang damai. Kami sama sekali tidak menggunakan kekerasan," kata Pavel Konoplyanik seperti diberitakan Sky News.

Konoplyanik mengatakannya sembari membantu temannya ke rumah sakit, untuk mencabut pecahan granat plastik yang menusuk lehernya.

"Tidak bakal ada yang percaya dengan hasil resmi yang diumumkan pemerintah. Mereka sudah mencuri kemenangan kami," ujar demonstran 23 tahun tersebut.

Sementara pendukung Alexander Lukashenko, Igor Rozhov, mengklaim bahwa negara pecahan Uni Soviet itu membutuhkan sosok yang kuat.

"Dia adalah politisi berpengalaman. Bukan merupakan seorang ibu rumah tangga yang tidak jelas asal usulnya dan membuat keriuhan," ejeknya.

Baca juga: Presiden Belarus ini Sebut Vodka dan Sauna Lindungi Diri dari Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com