Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Intelijen AS: China, Rusia, dan Iran Berusaha Pengaruhi Pilpres AS Tahun Ini

Kompas.com - 08/08/2020, 13:33 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kepala intelijen terkemuka AS memperingatkan bahwa China, Rusia, dan Iran termasuk negara-negara yang berusaha memengaruhi pemilihan presiden AS tahun ini.

Melansir BBC, sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kontra-intelijen AS mengatakan, negara-negara asing itu menggunakan "langkah-langkah pengaruh terselubung dan terbuka" untuk memengaruhi pemungutan suara.

Negara-negara ini "memiliki preferensi untuk siapa yang bakal memenangi pemilihan," tambahnya.

Kepala intelijen AS mengatakan bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016 untuk membantu kampanye Presiden Donald Trump.

Rusia membantah tuduhan tersebut.

Baca juga: Pilpres AS Tetap Digelar 3 November, Abaikan Usul Trump

Ditanya pada konferensi pers pada Jumat (7/8/2020) mengenai apa yang dia rencanakan tentang laporan campur tangan pemilu, Presiden Trump mengatakan, pemerintahannya akan "mengawasi" soal itu.

Pengumuman itu muncul di tengah klaim oleh Trump tentang bahaya surat suara melalui kotak surat suara.

Dia telah menyarankan bahwa pemungutan suara ditunda demi mencegah "pemilihan yang paling tidak akurat dan curang dalam sejarah", yang memicu reaksi balik, bahkan dari kalangan anggota partainya sendiri.

Hal itu juga menyusul keluhan dari anggota parlemen Demokrat bahwa badan intelijen AS tidak merilis informasi kepada publik tentang campur tangan asing dalam pemungutan suara tahun ini.

Sebagai presiden dari Partai Republik, Trump berusaha untuk memenangi masa jabatan kedua. Penantangnya adalah kandidat Demokrat dan mantan Wakil Presiden Joe Biden.

Baca juga: Dituding Berpotensi Curang, Trump Ingin Pilpres AS Tahun Ini Ditunda

Apa yang disebut dalam pernyataan intelijen soal campur tangan asing?

Kepala kontraintelijen nasional dan Pusat Keamanan (NCSC), William Evanina merilis sebuah pernyataan pada Jumat kemarin.

Pernyataannya berbunyi, negara-negara asing mencoba untuk memengaruhi preferensi pemilih, mengubah kebijakan AS dengan "meningkatkan perselisihan" dan "merusak kepercayaan rakyat Amerika dalam proses demokrasinya".

Namun, kepala kontraintelijen menambahkan bahwa akan "sulit bagi musuh kita untuk mengganggu atau memanipulasi hasil pemungutan suara dalam skala besar."

Banyak negara "memiliki preferensi untuk siapa yang memenangkan pemilu", katanya, tetapi direktur kontraintelijen mengatakan mereka "khususnya prihatin" tentang China, Rusia dan Iran:

China "punya preferensi agar Presiden Trump, yang dipandang Beijing sebagai sosok tak terprediksi, tidak bisa memenangkan pemilihan ulang," ungkap pernyataan itu, dan China telah "menyebarkan upaya-upayanya untuk memengaruhi" para pemilih.

Sementara Rusia, sedang berusaha "mencemarkan nama baik" kandidat Joe Biden dan anggota lain yang anti dengan kemapanan Rusia.

Baca juga: Ketua DPR AS: Jika Kalah Pilpres AS, Trump Akan Dibersihkan dari Gedung Putih

Evanina juga menambahkan bahwa beberapa tokoh lain yang terkait dengan Rusia juga berusaha untuk meningkatkan pencalonan Presiden Trump di media sosial dan TV Rusia.

Adapun Iran, tengah mencoba untuk "merongrong institusi demokrasi AS", Trump dan "memecah belah negara" jelang pemungutan suara dan menyebarkan disinformasi serta "konten anti-AS" secara online.

Upaya mereka itu karena adanya dorongan keyakinan bahwa jabatan Trump kedua kalinya "akan mengakibatkan berlanjutnya tekanan AS terhadap Iran dalam upaya mendorong perubahan rezim".

Pada konferensi pers Jumat lalu, Trump mengatakan Rusia "bisa" ikut campur dalam pemilihan tahun ini, tetapi menepis gagasan bahwa negara itu mungkin berusaha membantunya memenangkan masa jabatan kedua.

"Saya pikir orang terakhir yang ingin dilihat Rusia di kantor adalah Donald Trump," katanya, mengatakan bahwa "tidak ada yang lebih tangguh menghadapi Rusia daripada saya."

Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah anggota partai Demokrat menyuarakan keprihatinan tentang upaya negara asing untuk memengaruhi pemungutan suara.

Baca juga: Jika Rusia Ikut Campur Pilpres AS, Biden: Tanggung Akibatnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com