Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kepala Intelijen AS: China, Rusia, dan Iran Berusaha Pengaruhi Pilpres AS Tahun Ini

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kepala intelijen terkemuka AS memperingatkan bahwa China, Rusia, dan Iran termasuk negara-negara yang berusaha memengaruhi pemilihan presiden AS tahun ini.

Melansir BBC, sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kontra-intelijen AS mengatakan, negara-negara asing itu menggunakan "langkah-langkah pengaruh terselubung dan terbuka" untuk memengaruhi pemungutan suara.

Negara-negara ini "memiliki preferensi untuk siapa yang bakal memenangi pemilihan," tambahnya.

Kepala intelijen AS mengatakan bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016 untuk membantu kampanye Presiden Donald Trump.

Rusia membantah tuduhan tersebut.

Ditanya pada konferensi pers pada Jumat (7/8/2020) mengenai apa yang dia rencanakan tentang laporan campur tangan pemilu, Presiden Trump mengatakan, pemerintahannya akan "mengawasi" soal itu.

Pengumuman itu muncul di tengah klaim oleh Trump tentang bahaya surat suara melalui kotak surat suara.

Dia telah menyarankan bahwa pemungutan suara ditunda demi mencegah "pemilihan yang paling tidak akurat dan curang dalam sejarah", yang memicu reaksi balik, bahkan dari kalangan anggota partainya sendiri.

Hal itu juga menyusul keluhan dari anggota parlemen Demokrat bahwa badan intelijen AS tidak merilis informasi kepada publik tentang campur tangan asing dalam pemungutan suara tahun ini.

Sebagai presiden dari Partai Republik, Trump berusaha untuk memenangi masa jabatan kedua. Penantangnya adalah kandidat Demokrat dan mantan Wakil Presiden Joe Biden.

Apa yang disebut dalam pernyataan intelijen soal campur tangan asing?

Kepala kontraintelijen nasional dan Pusat Keamanan (NCSC), William Evanina merilis sebuah pernyataan pada Jumat kemarin.

Pernyataannya berbunyi, negara-negara asing mencoba untuk memengaruhi preferensi pemilih, mengubah kebijakan AS dengan "meningkatkan perselisihan" dan "merusak kepercayaan rakyat Amerika dalam proses demokrasinya".

Namun, kepala kontraintelijen menambahkan bahwa akan "sulit bagi musuh kita untuk mengganggu atau memanipulasi hasil pemungutan suara dalam skala besar."

Banyak negara "memiliki preferensi untuk siapa yang memenangkan pemilu", katanya, tetapi direktur kontraintelijen mengatakan mereka "khususnya prihatin" tentang China, Rusia dan Iran:

China "punya preferensi agar Presiden Trump, yang dipandang Beijing sebagai sosok tak terprediksi, tidak bisa memenangkan pemilihan ulang," ungkap pernyataan itu, dan China telah "menyebarkan upaya-upayanya untuk memengaruhi" para pemilih.

Sementara Rusia, sedang berusaha "mencemarkan nama baik" kandidat Joe Biden dan anggota lain yang anti dengan kemapanan Rusia.

Evanina juga menambahkan bahwa beberapa tokoh lain yang terkait dengan Rusia juga berusaha untuk meningkatkan pencalonan Presiden Trump di media sosial dan TV Rusia.

Adapun Iran, tengah mencoba untuk "merongrong institusi demokrasi AS", Trump dan "memecah belah negara" jelang pemungutan suara dan menyebarkan disinformasi serta "konten anti-AS" secara online.

Upaya mereka itu karena adanya dorongan keyakinan bahwa jabatan Trump kedua kalinya "akan mengakibatkan berlanjutnya tekanan AS terhadap Iran dalam upaya mendorong perubahan rezim".

Pada konferensi pers Jumat lalu, Trump mengatakan Rusia "bisa" ikut campur dalam pemilihan tahun ini, tetapi menepis gagasan bahwa negara itu mungkin berusaha membantunya memenangkan masa jabatan kedua.

"Saya pikir orang terakhir yang ingin dilihat Rusia di kantor adalah Donald Trump," katanya, mengatakan bahwa "tidak ada yang lebih tangguh menghadapi Rusia daripada saya."

Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah anggota partai Demokrat menyuarakan keprihatinan tentang upaya negara asing untuk memengaruhi pemungutan suara.

https://www.kompas.com/global/read/2020/08/08/133315070/kepala-intelijen-as-china-rusia-dan-iran-berusaha-pengaruhi-pilpres-as

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke