Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Dokter Kewalahan Tangani Covid-19, Presiden Duterte Didesak untuk Perketat Lockdown

Kompas.com - 01/08/2020, 22:08 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

MANILA, KOMPAS.com - Puluhan kelompok dokter pada Sabtu (1/8/2020), memperingatkan pemerintahan Filipina tentang dampak Covid-19 yang semakin parah di sana. Mereka mendesak Presiden Rodrigo Duterte untuk memperketat lockdown ketika jumlah kasus melonjak dan rumah sakit sudah kewalahan.

Melansir AFP pada Sabtu (1/8/2020), ada 80 asosiasi medis yang mewakili puluhan ribu dokter yang menandatangani surat terbuka, sebagai respons terhadap unggahan pihak pemerintah yang menyebutkan tambahan kasus virus corona yang terjadi pada hari ini.

Pada Sabtu, dilaporkan ada penambahan jumlah kasus virus corona yang mendekati 5.000, sehingga total kasus yang ada menjadi lebih dari 98.000.

Baca juga: Takut Virus Corona, Rakyat Korea Selatan Sterilkan Uang di Microwave dan Mesin Cuci

"Petugas kesehatan bersatu dalam menyuarakan sinyal bahaya bagi bangsa, sistem perawatan kesehatan kita telah kewalahan," salah satu isi surat itu.

Mereka mengungkapkan telah kalah dalam menghadapi masalah Covid-19, dan mereka membutuhkan rencana komprehensif dan pasti dari pemerintah Filipina.

Saat ini, semakin banyak petugas kesehatan jatuh sakit atau berhenti dari pekerjaan mereka. Sekarang, beberapa rumah sakit juga sudah penuh dan menolak untuk menerima pasien baru.

Baca juga: Gara-gara Berkemah, Ratusan Peserta Terinfeksi Virus Corona

Departemen kesehatan sebelumnya mengatakan 34 petugas kesehatan di antara mereka yang telah meninggal, karena penyakit Covid-19 yang menyebar di Filipina.

Total kematian petugas medis pada Sabtu, mencapai 2.039.

Sementara, pemerintah telah menyalahkan kepatuhan yang buruk terhadap protokol kesehatan untuk peningkatan pengendalian terhadap infeksi virus corona.

Baca juga: Dituding Sekte Sesat Penyebar Virus Corona di Korsel, Begini Klarifikasi Shincheonji

Filipina sempat memberlakukan lockdown paling keras di dunia pada pertengahan Maret, yang menahan masyarakat untuk beraktifitas di luar rumah, kecuali untuk membeli makan dan mencari perawatan kesehatan.

Namun, pemerintah baru-baru ini melonggarkan pembatasan untuk memungkinkan orang kembali bekerja, setelah prediksi bahwa ekonomi Filipina akan jatuh ke dalam resesi, dengan jutaan orang yang kehilangan pekerjaan.

Dalam surat terbuka tersebut, dokter mendesak Duterte untuk menempatkan ibu kota Manila dan provinsi-provinsi sekitarnya kembali menerapkan "karantina kelompok yang ditingkatkan" hingga 15 Agustus untuk memberi negara waktu "memperbaiki strategi pengendalian pandemi kita".

Baca juga: Presiden Belarus Ini Mengaku Berhasil Kalahkan Virus Corona

Sebagai respons, juru bicara Duterte, Harry Roque awalnya mengatakan pemerintah sedang menyeimbangkan aspek kesehatan dan ekonomi bangsa, dan bahwa mereka sekarang sedang mencari cara untuk meningkatkan strategi lain setelah lockdown itu "memenuhi tujuannya".

Namun, beberapa jam kemudian Roque mengeluarkan pernyataan baru yang mengatakan pemerintah akan mempertimbangkan masukan para dokter.

"Suara kalian sudah terdengar. Kita tidak dapat mengecewakan para pahlawan modern kita," tambah Roque.

Baca juga: Bank Sperma di China Kekurangan Donasi akibat Wabah Virus Corona

Pejabat departemen kesehatan awal pekan ini, mengakui ketersediaan tempat tidur rumah sakit tidak tersedia dan pemerintah telah membatasi untuk merekrut dokter, perawat, dan pekerja perawatan kesehatan baru lainnya.

Seorang dokter kesehatan masyarakat, Lei Alfonso, mengatakan pada konferensi pers pada Sabtu bahwa perkembangan virus corona "akan mendorong kita ke tepi jurang untuk menjadi Kota New York berikutnya, tempat pasien Covid-19 meninggal di rumah atau keranda".

Presiden Duterte pada Kamis meminta warga Filipina untuk tetap percaya terhadap kemampuannya untuk segera mendapatkan vaksin yang akan diproduksi oleh China, pendukung utama pemerintahan Filipina.

Baca juga: Peneliti: Pejabat Wuhan Menghancurkan Bukti Penting Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com