Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Sebut China telah Melakukan Kegiatan Ilegal di Laut China Selatan

Kompas.com - 14/07/2020, 13:36 WIB
Shintaloka Pradita Sicca,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo Senin (13/7/2020) mengatakan, akan memerkarakan sumber daya yang diperoleh China di Laut China Selatan, sebagai bentuk kegiatan ilegal.

Pernyataan Pompeo tersebut adalah sikap terbaru dari pemerintahan Presiden Donald Trump untuk meningkatkan dukungan terhadap negara-negara Asia Tenggara terkait sengketa Laut China Selatan dengan Beijing.

Di sisi lain, pernyataan Pompeo semakin menyulut perselisihan dengan China menjelang masa pemilihan presiden AS pada November mendatang.

"Kami memperjelas bahwa klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan, sepenuhnya melanggar hukum, seperti kampanye penindasan untuk mengendalikan mereka," kata Pompeo dilansir dari AFP pada Selasa (14/7/2020).

Baca juga: Pejabat Gedung Putih Sebut Joe Biden Calon Anggota Partai Komunis China

Kemudian, Pompeo berkata, "Dunia tidak akan membiarkan Beijing memperlakukan Laut China Selatan sebagai kerajaan maritimnya."

Di Laut China Selatan mengandung simpanan minyak dan gas yang berharga dan merupakan saluran vital bagi perdagangan dunia.

Sehingga, AS telah lama menolak klaim otoritas Beijing di Laut China Selatan tersebut.

Lalu, secara tegas Pompeo mengatakan bahwa pemerintah AS memberi dukungan kepada negara Asia Tenggara, termasuk Filipina dan Vietnam, setelah bertahun-tahun Washington mengatakan tidak akan berpihak.

Baca juga: Pakar Virologi Ini Tuding China Sengaja Menutupi Wabah Virus Corona

"Amerika mendukung sekutu dan mitra Asia Tenggara kami, dalam melindungi hak kedaulatan mereka atas sumber daya lepas pantai, konsisten dengan hak dan kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional," kata Pompeo.

Ia mengatakan bahwa pihaknya bersama dengan komunitas internasional akan membela kebebasan laut dan menghormati kedaulatan, serta menolak setiap dorongan untuk memaksa "kekuatan" di Laut China Selatan atau wilayah yang lebih luas.

Menolak alasan klaim

Beijing mengklaim sebagai besar Laut China Selatan berdasarkan Nine-Dash Line atau sembilan garis putus-putus, yang ada dalam peta 1940-an.

Baca juga: Main Game 22 Jam Sehari Selama Sebulan, ABG China Terkena Stroke

China telah menghabiskan waktu bertahun-tahun membangun pangkalan militer di pulau-pulau buatan yang disengketakan, untuk memperkuat klaimnya.

Bersamaan dengan itu, China melakukan proses diplomatik untuk menyelesaikan perselisihan selama hampir dua dekade.

Menanggapi pernyataan Pompeo kemarin, pada hari ini, China mengatakan tuduhan pelanggaran hukum "sepenuhnya tidak dapat dibenarkan".

"Kami menyarankan AS untuk sungguh-sungguh menghormati komitmennya untuk tidak memihak pada masalah kedaulatan wilayah, menghormati upaya negara kawasan untuk Laut Cina Selatan yang damai dan stabil, dan menghentikan upayanya mengganggu dan menyabotase perdamaian dan stabilitas regional," kata kedutaan China di Washington.

Baca juga: Kalian Bisa Saja Dipenjara, Peringatan AS untuk Warganya di China

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com