Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Sebut China telah Melakukan Kegiatan Ilegal di Laut China Selatan

Kompas.com - 14/07/2020, 13:36 WIB
Shintaloka Pradita Sicca,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP

Pernyataan tersebut menuduh Amerika Serikat berusaha "menabur perselisihan" antara China dan sesama penuntutnya di laut.

Pompeo mengeluarkan pernyataannya untuk menandai ulang tahun keempat keputusan pengadilan yang memihak Filipina terhadap garis sembilan garis putus-putus, yang dikeluarkan pada 12 Juli 2016.

Berdasarkan keputusan pengadilan tersebut, Pompeo mengatakan bahwa China tidak dapat mengajukan klaim berdasarkan Karang Scarborough atau Kepulauan Spratly, sebuah kepulauan yang tidak berpenghuni luas.

AS juga menolak klaim Beijing di perairan sekitar Vanguard Bank di Vietnam, Lucania Shoals di lepas pantai Malaysia, perairan yang dipertimbangkan dalam zona ekonomi eksklusif Brunei dan Natuna di Indonesia.

Baca juga: Video Viral Batik Disebut Kerajinan Tradisional China, Netizen Ramai Ribut di Twitter

"Setiap tindakan China untuk penangkapan ikan di negara lain atau pengembangan hidrokarbon di perairan tersebut secara sepihak adalah melanggar hukum," kata Pompeo.

Pompeo juga menolak klaim Beijing terhadap wilayah paling selatan, Karang James yang dikelola Malaysia, yang berjarak 1.800 kilometer (1.150 mil) dari daratan China.

Keputusan 2016 dikeluarkan oleh pengadilan di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Pompeo mencatat bahwa China adalah pihak yang diatur juga dalam keputusan itu, dan menyebut keputusan itu mengikat secara hukum.

Gesekan lintas batas

Pernyataan Pompeo terkait Laut China Selatan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan di sekitar China, termasuk bentrokan perbatasan yang terjadi bulan lalu dengan India.

Baca juga: Rusia Khawatir atas Sejumlah Tuduhan yang Dialamatkan AS kepada China

Pompeo menyebut bahwa ketegangan yang terjadi di sekitar China adalah bagian dari strategi Beijing untuk menantang para negara tetangganya.

Presiden AS, Donald Trump juga mengecam keras China karena tidak berbuat lebih banyak untuk menghentikan pandemi virus corona, yang mana awal kemunculannya berada di Wuhan, China pada akhir tahun lalu.

Para kritikus baik di dalam maupun di luar negeri mengatakan bahwa Trump tengah berusaha untuk mengalihkan perhatian publik menjelang pemilihan presiden AS pada November, tentang penanganannya terhadap virus di AS, yang sejauh ini telah menelan korban tewas tertinggi dibandingkan negara mana pun.

Trump, setelah seruan bipartisan di Kongres, juga telah meningkatkan tekanan kepada China atas tindakan penahanan terhadap lebih dari satu juta warga Uighur dan Muslim Turki lainnya.

AS pekan lalu memberlakukan sanksi pada pejabat China atas Xinjiang, yang mengarah ke upaya balas dendam oleh Bejiing terhadap anggota parlemen senior Amerika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com