BEIJING, KOMPAS.com - Media pemerintah China Xinhua dalam videonya menyebut batik adalah kerajinan tradisional negaranya.
Di video berdurasi 49 detik itu, akun Twitter @XHNews menuliskan "Batik adalah kerajinan tradisional China" di pembuka video.
Tak ayal, video Xinhua ini langsung memicu beragam reaksi dari para warganet.
Baca juga: Dilelang, Baju Batik Ahok Ditawar Rp 100 Juta
Xinhua di videonya menampilkan seorang pengrajin yang menggambar motif batik di sebuah kain.
Beragam motif digambar seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, serta ukiran-ukiran khas batik.
Cara menggambar batiknya juga memakai canting, meski bentuk alatnya sedikit berbeda.
Baca juga: Selalu Bawa Batik Saat Mudik ke Jepang, Haruka Nakagawa: Nenek Suka Batik
"(Batik) ini biasanya dipakai kelompok etnis minoritas yang tinggal di Guizhou dan Yunan," lanjut teks di video Xinhua.
Selain di kain, terlihat pula seorang wanita yang menggambar motif batik di sebuah bucket hat. Motif batik ini bergambar bunga.
Kemudian ditunjukkan juga proses pembuatan batik celup yang menghasilkan motif bergambar burung.
Batik is a traditional craft common among ethnic groups in China. Using melting wax and a spatula-like tool, people dye the cloth and heat it to get rid of the wax. Check out how the ancient craft evolves in modern times. #AmazingChina pic.twitter.com/4pNNECZziT
— China Xinhua News (@XHNews) July 12, 2020
Video tersebut diunggah Xinhua pada Sabtu (12/7/2020) pukul 12.22 WIB.
Pantauan dari Kompas.com hingga sekitar pukul 15.23 WIB, video ini telah mendapat lebih dari 160 likes dan di-retweet lebih dari 200 kali.
Kolom balasan (reply) twit ini juga ramai dibanjiri beragam reaksi warganet.
Seorang warganet dengan akun @srinidhi24 dengan gamblang menjelaskan bahwa batik berasal dari Pulau Jawa di Indonesia lalu produknya menyebar seantero Asia sampai India dan China.
Ia juga mengimbau, "Jangan mengaku ini asli China. Ini dari zaman dahulu yang DITIRU China."
Batik originated in Indonesian Java and spread all across Asia including India and China ndo not twist this art as if it originated in China. It was from ancient times COPIED by China..
— Srinidhi (@srinidhi24) July 12, 2020
Lalu akun Twitter @cupakbaras menulis, "Karena mencuri dan menginvasi wilayah belum cukup, sekarang (mereka) mencuri kebudayaan Indonesia dan mengklaim milik China @wamnews_ind @KBRIWashDC @INAEmbAUS."
???? As if Stealing & invading territories arent enough, now stealing Indonesian culture claiming its China’s @wamnews_ind @KBRIWashDC @INAEmbAUS
— SiEO (@cupakbaras) July 12, 2020
Ada pula yang menyindir, "Sebaiknya kamu mengklaim Covid saja. Tidak ada negara yang mengklaimnya sampai sekarang," tulis @Sean_Alma.
Namun di samping balasan-balasan bernada menyindir dan mengecam itu, ada juga yang coba menenangkan reaksi warganet.
@YuniAriane menuliskan bahwa teknik menggoreskan tinta di kain ini adalah teknik lawas yang sudah muncul di Mesir sejak abad ke-4 sebelum Masehi.
"Ini sudah dibuat di Dinasti Tang dan Jepang di zaman Nara (600 Masehi) jauh sebelum diadopsi di Jawa."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Dear Indonesian before ngamuk2 please educate urself:
"Wax resist dyeing of fabric is an ancient art form. It already existed in Egypt in the 4th century BC and it was practised during the Tang Dynasty and Japan during the Nara Period (600 AD) long before adapted in Java"
— Yuni Ariane (@YuniAriane) July 12, 2020