Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Pahlawan Nasional, Strategi Trump untuk Pilpres AS

Kompas.com - 06/07/2020, 10:16 WIB
Danur Lambang Pristiandaru,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) untuk membangun "Taman Pahlawan Nasional" baru menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan rakyat AS.

Rencana tersebut dilontarkan empat bulan sebelum pemilihan presiden atau Pilpres AS dan dinilai diucapkan tanpa maksud yang jelas.

"Taman Pahlawan Nasional" tersebut sedianya berisi "pahlawan-pahlawan" dalam sejarah AS.

Pembangunan "Taman Pahlawan Nasional" baru itu datang setelah banyaknya patung-patung tertentu dirobohkan saat demonstrasi merebak di AS pasca terbunuhnya George Floyd.

Patung-patung itu dirobohkan karena mengandung unsur rasialisme pada masa lalu.

Baca juga: Trump Berencana Dirikan Taman Pahlawan Nasional AS

Seorang profesor sejarah politik di Universitas Princeton, Julian Zelizer, mengatakan gagasan Trump tentang pembangunan "Taman Pahlawan Nasional" murni taktik politis.

"Dia sedang mencoba menggunakan sejarah AS yang lebih spesifik untuk menyerang kelompok 'kiri radikal'," ujar Zelizer.

Dengan demikian, Trump berencana menggalang suara kelompok masyarakat konservatif yang frustasi atas kebijakan pemerintah AS menangani pandemi.

Gagasan Trump itu sendiri dilontarkan saat perayaan peringatan kemerdekaan AS pada Sabtu (4/7/2020) di Mount Rushmore, South Dakota, AS.

Trump mengatakan, "Taman Pahlawan Nasional" yang ia bayangkan adalah sebuah taman yang luas dan akan menampilkan patung-patung orang-orang hebat AS yang pernah hidup.

Baca juga: Tantang Trump, Kanye West Calonkan Diri Jadi Presiden AS

Sebagaimana dikutip dari pernyataan Trump, orang-orang hebat tersebut seperti Presiden Pertama AS George Washington dan aktivis hak-hak sipil Martin Luther King Jr.

Selain itu ada sejumlah nama lain seperti penjaga perbatasan Davy Crockett, tokoh penginjil populer Billy Graham, mantan Presiden AS Ronald Reagan, dan mendiang hakim agung Antonin Scalia yang mana merupakan tokoh konservatif.

Zelizer menambahkan beberapa nama tokoh besar dari "kelompok kiri" seperti Franklin Roozevelt menunjukkan "Taman Pahlawan Nasional" cenderung mengagungkan haluan politik konservatif.

Pilihan ganjil

Kepala American History Association, James Grossman, mengatakan pilihan nama-nama yang direncanakan masuk dalam daftar "Taman Pahlawan Nasional" tersebut cenderung ganjil dan provokatif.

Ada juga nama-nama tokoh dari luar yang dianggap berjasa bagi As masuk ke dalam daftar seperti Christopher Columbus dan Marquis de La Fayette.

Baca juga: Trump Ditolak Suku Indian pada Perayaan Hari Kemerdekaan AS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com