KOMPAS.com - Di tengah upaya gencar pemerintah Israel mencaplok sekitar 30 persen wilayah pendudukan Tepi Barat, wartawan BBC berkunjung ke kawasan-kawasan yang menjadi pusat sengketa.
BBC menemui warga Palestina yang telah tinggal di Tepi Barat selama beberapa generasi, Mohammed Yehya.
Ia menuturkan "cengkeraman" Israel makin lama dirasa makin keras.
"Andai saja, saya menyusun 10 batu bata di sini, Israel pasti akan datang dan menghancurkannya," katanya.
BBC juga menemui dua anak muda Israel yang mengatakan "Tepi Barat adalah milik Israel",
"Bagi orang-orang Yahudi, tanah ini sangat penting, kami tak punya tempat di negara lain untuk bermukim," kata mereka.
Berikut kisah perjalanan wartawan BBC, Tom Bateman.
Baca juga: Israel Hendak Caplok Tepi Barat, Hamas Siap Kobarkan Perang
Saya meninggalkan Yerusalem melalui jalan utama melewati jalan bebas hambatan yang diberi nama Menachem Begin.
Ia dikenal sebagai pemimpin Yahudi militan yang kemudian menjadi perdana menteri Israel ke-6.
Menachem Begin juga adalah ikon nasionalisme sayap kanan dan pendiri gerakan yang kemudian menjadi Likud, partai politik yang sekarang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Dari jalan ini, saya bisa melihat baliho raksasa berisi foto Presiden Trump dan Netanyahu.
Ada kalimat dalam bahasa Ibrani, yang jika diterjemahkan berbunyi, "Katakan tidak ke negara Palestina."
Baliho ini dipasang oleh sejumlah wali kota yang memimpin wilayah yang memiliki permukiman Yahudi di Tepi Barat.
Tepi Barat adalah satu dari beberapa kawasan yang diduduki Israel. Bagi para wali kota ini, wilayah di Tepi Barat adalah milik mereka.
Saya melanjutkan perjalanan, melewati pos pemeriksaan militer dan mengambil satu jalan kecil menuju Tepi Barat.
Di Tepi Barat menetap tak kurang dari tiga juta warga Palestina dan hampir setengah juta warga Israel yang tinggal di sejumlah permukiman.
Saya menemui Mohammed Yehya, warga Desa Irtas.
Baca juga: AS Isyaratkan Izinkan Israel Duduki Tepi Barat
Dari sini, terlihat di kejauhan rumah-rumah berderet rapi dengan atap berwarna oranye. Semua warga di sini paham, itu adalah rumah yang dibangun Israel bagi para pemukim Yahudi.
Saya bertanya ke Yehya tentang pernyataan PM Netanyahu yang ingin mencaplok sekitar 30% wilayah Tepi Barat.
Ia menjawab, "Tak ada maknanya sama sekali ... wilayah ini [semuanya] telah dicaplok. Sepenuhnya ada di tangan mereka."
Yehya menuturkan keluarganya telah berada di sini selama beberapa generasi.
Namun semuanya berubah setelah Israel membangun permukiman Efrat, yang terletak tak jauh dari tanah milik Yehya, pada 1980-an.