Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Israel Caplok Tepi Barat, Palestina Akan Umumkan Kemerdekaan

Kompas.com - 10/06/2020, 17:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

RAMALLAH, KOMPAS.com - Dalam manuver yang dramatis, Palestina mengumumkan bakal mendeklarasikan kemerdekaan jika Israel mencaplok Tepi Barat.

Berbicara dari kantornya di Ramallah kepada media asing, Perdana Menteri Mohammad Shtayyeh menyatakan, pihaknya akan mendeklarasikan negara independen.

"Jika Israel melakukan pendudukan setelah 1 Juli, maka kami akan berubah dari Otoritas Palestina (PA) yang sifatnya interim menjadi negara utuh," ancamnya.

Baca juga: Pria Autis Palestina Ditembak Mati Polisi, PM Israel Sebut Itu Tragedi

PM Shtayyeh mengatakan, seperti diwartakan Sky News, Rabu (10/6/2020), dia tidak ingin jika pemerintahan tidak mempunyai negara untuk diperintah.

Dia menerangkan, mendeklarasikan kemerdekaan berarti mereka akan mempunyai dewan pendiri dan menyatakan konstitusi negara.

"Palestina akan menggunakan perbatasan 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kota, di mana internasional akan mengakui fakta ini," tegasnya.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali mengancam akan menerapkan kedaulatan mereka permukiman warganya di Tepi Barat.

Lebih dari 700.000 orang Israel bermukim di sana, mulai dari desa yang berada di perbatasan hingga daerah yang dikembangkan layaknya kota.

Mereka semua menghuni daerah yang memang diberikan bagi Ramallah berdasarkan Perjanjian Damai Oslo 1993, sehingga dianggap ilegal menurut hukum internasional.

Baca juga: Pria Autis di Palestina Ditembak Mati, Menhan Israel Minta Maaf

Shtayyeh, yang merupakan veteran dalam perjanjian damai dua negara, menerangkan desain Perjanjian Damai Oslo berdasarkan proses "inkrementalisme".

Artinya, area yang menjadi milik Palestina, termasuk di dalamnya Jalur Gaza dan Tepi Barat, seiring waktu akan menjadi wilayah permanen mereka.

Perambahan Tel Aviv ke wilayah mereka, menurut Shtayyeh, dan janji menerapkan kedaulatan bisa menyebabkan kerusakan pada proses perdamaian.

"Pendudukan ini jelas menggerus aspirasi kami. Aneksasi ini merupakan erosi total kawasan geografis yang akan menjadi tanah kami," keluhnya.

Shtayyeh menjelaskan, jika diberi pilihan apakah menghormati hukum internasional dan mendukung aneksasi, dunia jelas akan mendukung yang pertama.

Sang PM menuturkan, kini mereka sudah tidak bisa lagi menutup mata atas kondisi yang dianggapnya sudah sedemikian genting tersebut.

Baca juga: Rencana Pencaplokan Tepi Barat, Palestina Ancam Batalkan Perjanjian dengan AS dan Israel

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com