Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teriakkan "Aku Tidak Bisa Bernapas" Saat Amankan Demo, Polisi Hong Kong Ditegur

Kompas.com - 14/06/2020, 09:41 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

HONG KONG, KOMPAS.com - Kepolisian Hong Kong pada Jumat malam (12/6/2020) waktu setempat, menegur seorang polisi yang meneriakkan "aku tidak bisa bernapas" saat membubarkan wartawan yang meliput lanjutan demonstrasi pro-demokrasi.

Selain berteriak "aku tidak bisa bernapas", polisi itu juga meneriakkan "Black Lives Matter".

Dilansir dari AFP Sabtu (13/6/2020), polisi itu adalah bagian dari tim antihuru-hara yang menangani massa di distrik Yau Ma Tei.

Baca juga: Ketakutan, Warga Hong Kong Bergegas Urus Paspor dan Pindah ke Inggris

Dalam sebuah video yang viral, polisi itu terdengar mengatakan "aku tidak bisa bernapas" kepada awak media saat meminta mereka mundur.

Dia juga terdengar mengatakan, "Black Lives Matter, ini bukan Amerika."

Istilah "aku tidak bisa bernapas" telah digunakan oleh demonstran anti-rasialisme di Amerika Serikat (AS) untuk menuntut keadilan atas kematian George Floyd.

Pria keturunan Afrika-Amerika itu tewas usai lehernya ditindih lutut polisi kulit putih di Minneapolis selama hampir 9 menit pada 25 Mei.

Nyawa Floyd melayang setelah merintih kesakitan sambil mengucapkan kalimat itu.

Baca juga: Demo George Floyd, 5 Patung Tokoh Dunia Ini Dirusak Massa dan Ada yang Dibuang

Kepolisian Hong Kong mengatakan, petugas itu telah ditegur terkait tindakannya.

"Polisi itu telah ditegur dan diingatkan untuk selalu menampilkan dirinya secara profesional dan meningkatkan kepekaannya," kata kepolisian dalam pernyataan di surel yang dikutip AFP.

Saat polisi itu ditanya apa yang dimaksud dengan ucapannya, dia menjawab "Itu berarti kita yang terbaik di dunia."

Baca juga: Jadi Gemuk karena Pensiun, Mantan Anjing Polisi Ini Terjepit di Bangku Taman

China bersama kepolisan Hong Kong dan para pemimpin kota, menggunakan cara AS dalam menangani demo George Floyd di beberapa pekan terakhir untuk mengatasi massa di demo pro-demokrasi.

Tahun lalu polisi Hong Kong berjibaku selama 7 bulan beruntun, saat menangani demo pro-demokrasi yang berlangsung ricuh.

Lebih dari 9.000 orang telah ditangkap, sementara polisi menembakkan sekitar 16.000 gas air mata serta menembak 3 orang dengan peluru. Semuanya selamat walau menderita luka-luka.

Baca juga: Ketakutan, Warga Hong Kong Bergegas Urus Paspor dan Pindah ke Inggris

Para kelompok hak asasi dan pengunjuk rasa menuduh polisi-polisi selalu menggunakan kekuatan yang tidak proporsional.

Mereka juga menuntut diadakan penyelidikan independen terhadap polisi.

Sementara itu polisi membantah semua tuduhan kekerasan, dengan mengatakan anggota-anggota mereka menyesuaikan perilaku demonstan.

Bulan lalu pengawas kepolisian Hong Kong menegaskan polisi di kota itu tidak bersalah.

Namun para demonstran menganggap pengawas telah dipengaruhi loyalis pemerintah dan kurang tegas.

Baca juga: Tolong Bilang Keluargaku, Aku Minta Maaf, Aku Tidak Bisa Kembali ke Hong Kong

Sekelompok pakar internasional juga dikabarkan mundur dari panel penasihat tahun lalu, karena menganggap panel itu tidak menyelidiki polisi dengan cukup baik.

Wabah virus corona dan sejumlah penangkapan sempat meredakan ketegangan di kota itu selama empat bulan pertama di 2020.

Akan tetapi kini aksi-aksi unjuk rasa muncul lagi, meski dalam skala yang lebih kecil.

Demonstrasi terjadi setelah Beijing mengumumkan rencana untuk memberlakukan UU Keamanan Nasional di Hong Kong bulan lalu.

Baca juga: Setahun Berlalu, Bekas Demo Pro-demokrasi Hong Kong Masih Terasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pasangan AS Tewas Ditembak Geng di Haiti, Biden Percepat Pengerahan Pasukan

Pasangan AS Tewas Ditembak Geng di Haiti, Biden Percepat Pengerahan Pasukan

Global
300 Orang Lebih Terkubur Tanah Longsor di Papua Nugini

300 Orang Lebih Terkubur Tanah Longsor di Papua Nugini

Global
Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Global
Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Global
Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Global
[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

Global
ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com