Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Wabah Virus Corona Berubah Jadi Politis di Brasil

Kompas.com - 13/06/2020, 23:33 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

BRASILIA, KOMPAS.com - Penanganan pandemi Covid-19 di Brasil telah berubah menjadi sangat politis.

Negara ini dengan cepat naik di daftar negara-negara dengan jumlah kasus tertinggi dan jumlah kematiannya, sebanyak 41.828, kini menjadi tertinggi kedua di dunia.

Amerika mengambil porsi sekitar setengah dari jumlah kasus secara global. Brasil, negara terbesar di Amerika Latin, sekarang menjadi pusat penyebaran wabah.

Baca juga: Kini, Brasil Hanya Akan Laporkan Kasus Virus Corona Selama 24 Jam Terakhir

Namun pemimpinnya tampaknya masih sangat sedikit peduli - atau setidaknya itu kesan yang dengan senang hati ia gambarkan.

Sejak awal, Presiden Jair Bolsonaro meremehkan virus ini. Di awal krisis, dia tampil di TV beberapa kali, menyebutnya sebagai flu kecil dan menuduh media histeria akan wabah yang terjadi.

Dia belum menjadwalkan pidato televisi untuk sementara waktu, mungkin tidak ingin ditenggelamkan oleh hiruk-pikuk pengunjuk rasa di balkon mereka yang berniat membuat kemarahan mereka atas kepemimpinannya terdengar.

Tetapi dengan tidak adanya siaran publik, tampilan ketidaksopanan publik yang dia tunjukkan terus berlanjut, bahkan ketika rakyatnya menguburkan mayat mereka di kuburan massal di Amazon dan rumah sakit di beberapa wilayah hampir kolaps.

Ketika ditanya tentang angka kematian akibat virus corona pada April silam, Bolsonaro menepisnya dengan mengatakan "Saya bukan penggali kubur".

Sekitar seminggu kemudian, dia ditanyai komentar ketika Brasil melampaui jumlah kematian China, dan dia menjawab, "Terus kenapa?".

Baca juga: Setelah Trump, Presiden Brasil Ancam Keluar dari WHO

Ekonomi lebih penting ketimbang kesehatan

Pesannya tetap sama selama ini - bahwa gubernur negara bagian telah gegabah dalam memperkenalkan langkah-langkah karantina dan efek dominonya terhadap ekonomi akan lebih buruk daripada efek dari virus itu sendiri.

"Seluruh strateginya sangat jelas," kata Oliver Stuenkel, Profesor Hubungan Internasional di Yayasan Getulio Vargas di Sao Paulo.

"Dia tidak ingin dilihat sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang mungkin menjadi krisis ekonomi terburuk dalam sejarah Brasil. [Dia] memutuskan untuk tidak bertanggung jawab karena dia melihat itu sebagai peluang terbaiknya untuk tetap berkuasa."

Sementara orang-orang Brasil bersiap-siap untuk puncak wabah yang diperkirakan terjadi beberapa pekan mendatang - lebih dari 1.000 orang meninggal setiap hari - para politisi mendukung kebijakan membuka negara itu kembali.

Baca juga: Dianggap Hotspot Baru Virus Corona, AS Larang Pengunjung dari Brasil

Peselancar telah kembali ke pantai-pantai di Rio dan minggu ini di São Paulo, toko-toko dan mal dibuka kembali - dan ini adalah bagian yang membingungkan - karantina telah diperluas di kota terbesar di Brasil hingga akhir bulan.

Jadi siapa yang pergi ke toko-toko yang sekarang dibuka kembali? Ini adalah pesan yang membingungkan - dan mengkhawatirkan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com