RATLAM, KOMPAS.com - Orang suci di India dilaporkan meninggal karena virus corona, setelah dia mengklaim bisa menyembuhkan Covid-19 dengan cium tangan pasien.
Pria tantra dari Ratlam, di Negara Bagian Madhya Pradesh, menyatakan, dia mencium tangan pengikutnya dan memberi tahu mereka beban hidup akan musnah.
Dia juga mengklaim ritual cium tangan juga efektif terhadap pasien Covid-19, meski wabah itu menular lewat tetesan di mulut atau hidung.
Baca juga: Klaim Bisa Sembuhkan Penderita Virus Corona, Pendeta Ini Meninggal karena Penyakit yang Sama
Departemen kesehatan setempat memyatakan, si orang suci itu terinfeksi virus corona pada 3 Juni, dan meninggal satu hari kemudian.
Dilansir Daily Mail, Jumat (12/6/2020), otoritas India mulai melacak siapa saja yang kontak dengan pria itu dan menerapkan swab test ke 40 orang.
Hasilnya, 20 sampel terbukti positif wabah yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China, termasuk tujuh orang anggota keluarga si orang suci itu.
Petugas swab test Ruchika Couhan dikutip Times of India memperingatkan, dia memninta praktik serupa karena begitu berbahaya di tengah ancaman gelombang baru.
Badan kesehatan lokal disebut mengidentifikasi 29 orang yang melakukan "praktik pengusiran virus corona" dan mengarantina mereka.
Saat ini, "Negeri Bollywood" sudah melaporkan 298.283 kasus Covid-19, dengan 8.398 orang di antaranya dinyatakan meninggal.
Baca juga: Doa bagi George Floyd, Warga Kulit Putih Cuci Kaki Pendeta Kulit Hitam
Meningkatnya infeksi terjadi setelah pemerintah mulai melonggarkan aturan lockdown, dengan Kamis (11/6/2020), mereka mencatatkan 10.000 kasus.
Rumah sakit di kota besar seperti Mumbai, New Delhi, dan Chennai mulai kewalahan dengan membeludaknya pasien virus bernama resmi SARS-Cov-2 itu.
Para ahli kemudian memprediksi, India belum akan mencapai puncak dari pandemi virus corona sebelum akhir Juli mendatang.
Lonjakan kasus tersebut terjadi di tengah rencana pemerintah membuka lagi restoran, pusat perbelanjaan, hingga tempat ibadah di sebagian tempat.
Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi dikritik setelah menerapkan lockdown selama 10 pekan yang menggerus ekonomi dan menyebabkan krisis kemanusiaan.
Baca juga: Pakai Alkitab dan Berpose Depan Gereja, Trump Disemprot Pendeta Episkopal
New Delhi mempertahankan instruksi tersebut, dengan menjelaskan mereka berusaha melindungi 1,3 miliar warganya dari dampak yang lebih besar.
Dalam pidatonya di televisi, Modi menerangkan bahwa pengorbanan yang dilakukan rakyat sudah menyelamatkan negara. Namun, pakar berpendapat lain.
"Saat ini, kami tengah duduk di bom waktu yang terus berdetak," kata Dr Harjit Singh Bhatti, President Progressive Medicos and Scientists Forum.
Dalam pandangannya, mencabut karantina wilayah terlalu dini hanya akan menyebabkan penambahan kasus dan juga korban meninggal.
"Kecuali pemerintah menggunakan anggarannya untuk meningkatkan layanan kesehatan, semuanya tak berubah. Kematian akan terus terjadi," ujar dia.
Baca juga: Depresi Istri Kawin Lari, Pria India Masukkan Kabel Charger ke Penis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.