CARY, KOMPAS.com - Sekelompok warga kulit putih mencuci kaki pendeta kulit hitam, sebagai bagian dalam acara doa bersama bagi George Floyd.
Acara itu diinisiasi oleh pastor yang berasal dari Faith and Soboma Wokoma di Cary, North Carolina untuk mendoakan Floyd, yang tewas pada 25 Mei.
Awalnya peserta unjuk rasa, termasuk di dalamnya aktivis Black Lives Matter, awalnya mengheningkan cipta selama delapan menit dan 46 detik.
Baca juga: Pacaran dengan Pria Kulit Hitam, Pandangan Putri Kerajaan Norwegia soal Rasisme Berubah
Durasi itu adalah momen ketika George Floyd ditindih lehernya oleh polisi kulit putih, Derek Chauvin, dalam insiden yang berlangsung di Minneapolis.
Setelah itu, polisi dan warga kulit putih kemudian berlutut, dan mencuci kaki pendeta kulit hitam, dengan fotonya beredar di media sosial.
Acara pencucian kaki itu nampaknya terinspirasi kisah Yesus Kristus yang membersihkan kaki 12 muridnya sebagai tanda cinta dan kerendahan hati.
White protesters wash the feet of black protest organizers and beg for forgiveness in Cary, North Carolina. pic.twitter.com/SbZFZjbOLq
— Ian Miles Cheong (@stillgray) June 7, 2020
Namun seperti dilansir Russian Today Senin (8/6/2020), kegiatan itu juga memicu kritik di media sosial, yang mengarahkan telunjuknya ke partisipan.
Dalam pandangan netizen yang kontra, peserta itu dibiarkan memalukan dirinya sendiri dan jadi korban dari "psikosis massal serta pencucian otak".
Namun, ada juga yang menerangkan praktik tersebut tak bisa dipisahkan dari kegiatan kegamaan, dengan ada yang merujuk kepada Paus Fransiskus.
Dalam beberapa hari terakhir, dengan tren "berlutut" untuk menunjukkan solidaritas terhadap penerapan anti-rasialisme terjadi di kota-kota AS.
Di seluruh penjuru AS, baik polisi maupun anggota Garda Nasional berlutut bersama dengan pendemo. Tapi, ada juga yang bertindak terlalu jauh.
Pekan lalu, Michael Shaw, Kepala Polisi Webster, Massachusetts, terabadikan sampai terbaring dengan wajahnya menghadap ke tanah.
Dia menirukan adegan ketika George Floyd dibekuk oleh Derek Chauvin, di mana Shaw melakukannya di samping tanda bertuliskan "aku tak bisa bernapas".
Beberapa netizen memujinya karena sudah berani melakukan aksi itu. Tapi, ada juga yang mengecam dan menyebut aksinya memalukan.
Baca juga: Bocah Kulit Hitam Tewas karena Kelalaian Majikan, Aksi Protes Terjadi di Brasil
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.