Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

George Floyd dan Polisi Derek Chauvin Pernah Bekerja Bersama di Sebuah Kelab

Kompas.com - 30/05/2020, 07:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Mantan pemilik sebuah kelab di Minneapolis mengatakan kalau George Floyd dan polisi yang menginjak lehernya dengan lutut sebelum akhirnya dia mati, Derek Chauvin, pernah bekerja sama sebagai penjaga keamanan di tempat bisnisnya sampai akhir tahun lalu.

Chauvin yang akhirnya dipecat sebagai polisi atas insiden itu, berdasarkan keterangan mantan pemilik kelab, Maya Santamaria, rupanya pernah direkrut oleh kelab El Nuevo Rodeo.

"Chauvin merupakan polisi diluar tugas dinasnya bersama dengan kami selama hampir 17 tahun kami membuka (bisnis)," Maya Santamaria mengatakan kepada KSTP-TV.

Dilansir Daily Mail, Santamaria merasa tidak yakin apakah kedua pria itu saling mengenal. Karena, penjaga keamanan yang bertugas di sana sangat banyak termasuk yang sedang tidak bertugas di kelab pun ada.

Baca juga: Pria Kulit Hitam George Floyd Tewas karena Lehernya Diinjak Polisi, Warga AS Demo Protes

Tapi, wanita itu mengungkapkan bahwa ada beberapa kesempatan baik Floyd mau pun Chauvin pernah sama-sama bekerja di sebuah acara kelab itu.

"Mereka pernah bekerja bersama dalam satu waktu, tapi Chauvin bekerja di luar, sementara para satpam (Floyd) di dalam."

Berdasarkan keterangan Santamaria, Chauvin memang tipikal polisi yang mudah naik pitam dan mudah bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.

"Dia kadang mudah marah dan tampak tegang," ungkapnya. "Ketika ada perkelahian, dia menggunakan alat pukul dan semprotan lada kepada semua orang meski hal itu menurut saya tidak diperlukan."

Santamaria berandai-andai insiden kematian Floyd mungkin akan berbeda jika Chauvin menyadari itu Floyd, rekan kerjanya dulu di kelab.

Baca juga: Rumah Pembunuh George Floyd Dikepung, Polisi Tembak Selangkangan Massa

"Bagaimana jika dia (Chauvin) berkata, 'Hey, Bung, kita pernah bekerja di tempat Maya bersama, ingat aku?" begitu ungkap Santamaria.

Sementara itu, diketahui bahwa Floyd pindah ke Minneapolis dari Houston sekitar 2014 berdasarkan Harian Chicago.

Dia pindah ke Utara setelah menghabiskan waktu selama 5 tahun di penjara, karena perampokan sebuah rumah yang dia lakukan.

Dia juga pernah bekerja sebagai penjaga pintu di sebuah restoran terdekat, the Conga Latin Bistro.

Baik pengacara Chauvin mau pun Departemen Kepolisian Minneapolis tidak bisa dimintai keterangan.

Baca juga: Polisi Pembunuh George Floyd Sering Bermasalah, Ini Deretan Kasusnya

Santamaria mengatakan bahwa dirinya pada mulanya tidak menyadari siapa pria yang ada di video viral itu.

"Seorang kawan mengirimkan saya video itu dan mengatakan 'itu Chauvin yang pernah bekerja padamu kan?' lalu saya menjawab, 'Tidak, itu bukan dia.

Lalu teman saya memperjelas gambar close-up Chauvin dan saya berkata, 'Ya Ampun! Itu dia!'" ungkap Santamaria.

Wanita itu juga mengatakan tidak menyadari itu George Floyd karena wajahnya tidak jelas saat berbaring di bawah lutut Chauvin.

Kelab malam milik Santamaria hanya bertahan dua dekade dan kini baru saja dijual. Namun, dia masih memiliki dan mengoperasikan stasiun radio 95.7 FM La Raza yang berlokasi di gedung yang sama.

Bangunan itu, yang tidak dialiri listrik akibat protes yang sedang berlangsung, hanya dua blok di sebelah timur Kantor Polisi Minneapolis, yang dibakar oleh para perusuh ketika para petugas melarikan diri dari gedung itu dengan mobil patroli mereka.

Beberapa bisnis di daerah itu juga terkena dampaknya, karena pintu dan jendela kaca telah hancur. Banyak bangunan sekarang ditutupi grafiti.

"Semua orang telah keluar menjadi sukarelawan dan membantu membersihkan," kata Santamaria.

Baca juga: Dalai Lama Sebut Kematian George Floyd akibat Diskriminasi dan Rasialisme

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com