Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Rasanya Menjadi Terapis Seks?

Kompas.com - 23/05/2020, 22:15 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

Peringatan: Memuat tema dewasa

KOMPAS.com - Seperti semua terapis seks, diskusi Peter Saddington dengan kliennya bersifat rahasia dan dia tidak akan merusak kepercayaan kliennya dengan berbicara tentang mereka. Kisah-kisah kliennya hanya terinspirasi dari pekerjaan yang telah dilakukannya dengan orang-orang muda selama bertahun-tahun pengalamannya sebagai terapis.

Saya berbicara kepada orang-orang tentang rahasia mereka yang paling intim, tetapi mereka tidak tahu apa-apa tentang saya - dan memang begitulah seharusnya.

Saya seorang terapis seks, jadi orang-orang datang kepada saya untuk dengan berbagai masalah mereka, mulai dari disfungsi ereksi, hubungan seks yang menyakitkan, hingga vaginismus, suatu kondisi yang membuat vagina mengencang ketika penetrasi dilakukan.

Jika seorang klien bertanya kepada saya, 'Apakah Anda sudah menikah?' Saya akan memberi tahu mereka saya sudah menikah, karena akan aneh menyembunyikannya. Tetapi, lebih dari itu, saya menjaga segala sesuatunya tetap profesional.

Saya berbicara dengan orang-orang ini sebagai terapis, bukan sebagai teman. Jelas, Anda akan membangun ikatan dengan beberapa klien, tetapi itu semua adalah bagian dari proses membantu mereka mengatasi masalah mereka.

Baca juga: Pengasuh Ini Berhubungan Seks dengan Bocah Lelaki 13 Tahun dan Mengandung Anaknya

Di klinik tempat saya bekerja, ruang terapi diatur agar tampak seperti ruang duduk di rumah yang tak ditinggali siapapun.

Ada tiga kursi yang nyaman - satu untuk saya dan dua untuk klien. Saya tidak memiliki foto keluarga atau pernak-pernik pribadi yang dipajang, yang membantu saya menjaga jarak.

Saya melihat pasangan dan individu - yang lajang atau seseorang yang tengah menjalin hubungan, tapi ingin berkonsultasi sendiri.

Beberapa tahun yang lalu, seorang pria berusia 29 tahun bernama Rob datang menemui saya sendirian karena dia merasa cemas terkait performa seksnya bersama pacar barunya, Kelly, yang lebih berpengalaman.

Dia tidak ingin melibatkan Kelly dalam terapi karena dia malu merasa seperti itu.

Selama sesi itu, saya bertanya kepada Rob apakah jika keadaannya terbalik, ia akan melihat pacarnya, Kelly, dengan berbeda.

Baca juga: Pasang Boneka Seks di Stadion, Klub Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf

Tentu saja, dia dengan cepat mulai menyadari betapa tidak pentingnya kekhawatiran itu, dan dia segera meminta Kelly bergabung dengannya.

Begitu Kelly mulai ambil bagian, kepercayaan diri Rob kembali. Hal yang membuat perbedaan adalah dia jujur tentang kecemasannya daripada mencoba berpura-pura tahu lebih banyak daripada yang sebenarnya dia ketahui.

Klien saya biasanya berusia akhir 20-an hingga awal 40-an, tetapi orang yang lebih muda tidak ragu mengikuti terapi seks seperti yang mungkin Anda kira.

Bahkan, saya memperhatikan ada peningkatan jumlah klien yang lebih muda yang menemui saya selama 15 tahun terakhir, serta orang-orang berusia lanjut yang memiliki hubungan baru di masa tua mereka.

Masalah seksual tidak terlalu tabu saat ini, karena efek pornografi dan harapan yang berubah tentang seks. Saya pikir orang-orang mengalami berbagai jenis masalah dan menyadarinya di usia lebih muda.

Baca juga: Berhubungan Seks di Rel, Sepasang Kekasih Hampir Terlindas Kereta Api

Saya memiliki klien yang usianya antara 16-18 tahun yang menemui saya karena khawatir tidak bisa melakukan ereksi dan yang bingung dengan seksualitas mereka.

Menurut Relate, organisasi tempat saya bekerja, lebih dari 42% orang yang melakukan terapi seks di salah satu klinik mereka pada 2018, berusia di bawah 35 tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com