Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat Hubungan Buruk AS-China dan Deretan Konfliknya

Kompas.com - 15/05/2020, 09:44 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber CNN

Lalu di bawah kepemimpinan Presiden China Xi Jinping yang mengakhiri sekutu diplomatik Taiwan dan memodernisasi militer China, ketegangan ini mencapai tahap baru.

China dan Taiwan telah diperintah secara terpisah sejak berakhirnya perang saudara pada 1949.

Usai menyatakan kemenangan, Partai Komunis China mendirikan Republik Rakyat China di Beijing, dan bekas pemerintahan yang dikenal sebagai Republik China, melarikan diri untuk berlindung d Taiwan.

China masih menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya. Pada Januari 2019, Xi memperingatkan tidak akan memerdekakan Taiwan dan bahkan mengancam akan menempuh tindakan militer untuk menyatukannya kembali dengan China.

Sementara itu AS diam-diam menjalin kedekatan dengan Taiwan, yang kini telah menjadi negara demokrasi dengan penduduk 23 juta orang.

Tiga bulan setelah ancaman Xi, Presiden Donald Trump menyetujui kesepakatan senjata besar-besaran dengan Taiwan, termasuk puluhan jet tempur F-16 baru.

Saat itu juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan, AS akan "menanggung semua konsekuensinya" jika terus ikut campur di Taiwan.

"Harus ditekankan bahwa masalah Taiwan menyangkut kedaulatan China, integritas wilayah, dan kepentingan keamanan," ucap Hua.

Baca juga: Kisah Taiwan, Negara Non-Anggota WHO yang Sukses Atasi Virus Corona

Perang dagang

Salah satu pertarungan paling sengit antara Washington dan Beijing adalah kebijakan pemerintah Trump, yakni perang dagang dengan China.

Jauh sebelum Trump menjadi Presiden AS, ia meyakini China mengambil keuntungan dari ekonomi AS, merujuk pada defisit perdagangan yang besar antara kedua negara.

Setelah Trump naik jadi presiden, ia mulai mengeluarkan tarif miliaran dollar bagi barang-barang China pada pertengahan 2018 untuk menekan Beijing dan mereformasi cara berbisnis dengan AS.

Tuntutan Trump di antaranya adalah peningkatan barang-barang AS yang dibeli China, diakhirinya pencurian kekayaan intelektual di perusahaan-perusahaan AS, dan akses yang lebih besar ke sistem keuangan China untuk bisnis internasional.

Setelah terjadi ketegangan hampir 18 bulan, Washington dan Beijing akhirnya menyetujui "Fase Satu" dari kesepakatan perdagangan pada Januari, mengurangi tarif sebagai imbalan bagi China yang setuju membeli lebih banyak barang AS.

Duta besar AS untuk China Terry Branstad pada April bersikeras kesepakatan ini masih dijalankan, meski perekonomian terganggu akibat pandemi virus corona.

Akan tetapi kesepakatan "Fase Dua" harus mengatasi perselisihan yang lebih sulit, seperti kekayaan intelektual dan liberalisasi ekonomi di China. Beberapa ahli ragu kesepakatan ini bisa terjalin.

Baca juga: Trump Tak Mood Berbicara dengan Presiden China Xi Jinping

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com