Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokumen Bocor Prediksi Korban Kematian Harian Covid-19 di AS Capai 3.000 pada Juni

Kompas.com - 05/05/2020, 14:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Dokumen bocor milik pemerintah AS memprediksi, korban meninggal harian karena Covid-19 di sana bisa mencapai 3.000 orang pada Juni.

Berkas itu memperlihatkan bahwa proyeksi kemtian harian karena wabah bakal melebihi jumlah tertinggi AS yang mencapai 1.750 orang.

Kemudian dari kasus per hari, dokumen bocor itu mengungkapkan AS bakal mengalami 200.000 infeksi, dibandingkan data saat ini berjumlah 25.000.

Baca juga: Trump Peringatkan Korban Meninggal Covid-19 di AS Bisa Capai 100.000 Orang

Dokumen itu menimbulkan pertanyaan mengenai relaksasi penerapan pembatasan sosial di sejumlah negara bagian, dilaporkan Sky News Senin (4/5/2020).

Apalagi, Presiden Donald Trump selalu menekankan upayanya dalam membuka kembali dibuka, dengan aksi protes menentang lockdown dilakukan pada akhir pekan lalu.

Sistem kesehatan mengalami kesulitan untuk menangani pasien yang terus berdatangan, dengan sejumlah kasus ada yang terpaksa dirawat di koridor rumah sakit.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperingatkan, masih ada tempat yang harus menanggung kasus infeksi maupun korban meninggal.

Meski, terdapat peningkatan di beberapa lokasi seperti New York City yang merupakan episentrum Covid-19 AS, New Orleans, dan Detroit.

Sejauh ini, Negeri "Uncle Sam" mencatatkan 67.000 kematian total karena virus corona, dengan sekitar 1,2 juta orang terinfeksi.

Baca juga: Korban Meninggal Covid-19 Capai 5.000, Presiden Brasil: Terus Kenapa?

Pekan lalu, IHME dari Universitas Washington merilis pemodelan bahwa gelombang pertama wabah akan membunuh sekitar 72.400 orang.

Pada Minggu (3/5/2020), Trump menyatakan bahwa angka kematian total karena patogen bernama resmi SARS-Cov-2 itu akan mencapai 100.000 orang.

"Mungkin kami akan kehilangan dari 75, 80, sampai 100.000 orang. Itu menyeramkan. Tak seharusnya kami mengalami seperti ini," kata dia.

Meski begitu, predjksi presiden 73 tahun itu masih jauh dari perkiraan dalam dokumen bocor yang dipublikasikan The New York Times.

Gedung Putih langsung menanggapi kabar tersebut, dengan menyanggah keasliannya. Jurusan Kesehatan Publik John Hopkins Bloomberg juga bersuara.

Dalam keterangannya, dokumen itu merupakan analisa primer yang dipaparkan kepada Badan Manajemen Darurat Pusat, atau FEMA.

"Laporan untuk membantu perencanaan skenario, tak bisa digunakan sebagai predikti, dengan yang dipublikasikan bukanlah versi lengkap," ucap John Hopkins Bloomberg.

Baca juga: Penurunan Besar Kematian Covid-19 di Perancis, 242 Korban Meninggal dalam 24 Jam

Lembaga itu menjelaskan, informasi yang ada memang memberikan beberapa skenario, termasuk pencabutan prematur lockdown yang berakibat pada kenaikan kasus Covid-19.

Sementara juru bicara Gedung Putih, Judd Deere, mengatakan bahwa dokumen ini tidak pernah diberikan kepada gugus tugas virus corona.

"Panduan presiden untuk membuka kembali AS diperoleh dari pendekatan saintifik bersama pejabat kesehatan dan pakar penyakit menular," jelas Deere.

Pemerintahan Trump dituding mengabaikan peringatan akan bahayanya pandemi ini sejak Januari, bahkan tak bergabung dalam seruan global guna memproduksi vaksin.

Mantan Menteri Luar Negeri Inggris, David Miliband, mengungkapkan absennya Washington dari seruan itu merupakan sebuah "misteri".

"Pada saat ini, AS bukan contoh bagus dalam hal kepemimpinan global atau reaksi nasional bersejarah untuk menghadapi virus ini," paparnya.

Baca juga: Korban Meninggal Covid-19 di Seluruh Dunia Capai 202.000 Orang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com