Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Ruang Berpikir] Perempuan dan Polemik Global

Kompas.com - 31/03/2020, 20:21 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Dalma Malhas, atlet perempuan peraih medali perunggu dalam ajang lompat kuda Arab Saudi sekaligus pemenang Penghargaan Olahraga Kreatif Mohammed bin Rashid al-Maktoum memberikan pandangannya tentang makna dari Hari Perempuan Sedunia atau International Women Day (IWD).

Bagi sosok representasi komite olimpiade Arab Saudi ini, Hari Perempuan Sedunia (IWD) semestinya dirayakan setiap hari.

Menurutnya, sangat banyak sosok perempuan di dunia yang berhasil menempuh perjalanan hidup, bekerja untuk masyarakat yang lebih baik, menginspirasi banyak orang untuk membuat langkah besar demi masa depan yang lebih cerah.

Dia juga menampilkan gagasan tentang feminin dan maskulin. Baginya, kedua gagasan itu sangatlah kuat dalam jalur mereka masing-masing.

"Seorang perempuan tidka hanya harus berada setara dengan laki-laki. Tapi juga harus mengaspirasi sebaik-baik versi dirinya."

Dia juga menguatkan kalau setiap laki-laki dan perempuan memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Untuk itu, kesetaraan dalam pandangan Malhas adalah adanya upaya saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.

Kesetaraan bukanlah semata-mata. Yang terpenting adalah makna dibalik kesetaraan itu; menghormati satu sama lain.

"Aku ingin melihat laki-laki dan perempuan saling membantu meraih cita-cita bersama dan menjalani proses bersama. Intuisi, fokus emosional, kesabaran, koneksi, dan cinta keindahan adalah semua kualitas yang bisa menjadikan laki-laki dan perempuan setara," tulis Malhas dalam opininya di Arab News.

Sementara itu di Indonesia, tema Hari Perempuan Internasional juga mengusung tema yang sama yakni #EachforEqual (kesetaraan). 

Salah satu aktivis perempuan yang gigih memperjuangkan kesetaraan di Indonesia dan marak dikenal di kalangan milenial adalah Kalis Mardiasih.

Di dalam bukunya yang berjudul, Muslimah yang Diperdebatkan, Kalis tidak hanya mengusung tema kesetaraan dan kebebasan perempuan dalam berekspresi dan berkarya (khususnya muslimah).

Dia juga kerap memperjuangkan pengesahan RUU PKS (Rancangan Undang Undang Penghapusan Kekerasan Seksual) yang sampai kini masih belum disahkan.

RUU PKS seperti yang dilansir dari Kompas.com, telah didesak oleh Komisioner Komnas Perempuan, Magdalena Sitorus pada akhir tahun lalu kepada DPR untuk dimasukkan ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) prioritas 2020.

Baca juga: Komnas Perempuan Dorong RUU PKS Masuk Prolegnas Prioritas

Dalam problema kesetaraan, Kalis menulis sebuah fenomena yang akrab di kalangan masyarakat Indonesia, "perempuan yang terlalu terpapar dengan nilai-nilai keterbukaan dunia modern tentu menjadi potret yang penuh dosa.

Sebaliknya, perempuan yang tertutup, tidak banyak bersinggungan dengan dunia luar yang sering kali dibalut dengan kalimat 'mampu menjaga kehormatan dirinya' adalah perempuan yang diharapkan oleh kelompok Islam eksklusif ini."

Kalis juga mengkritik anggapan-anggapan masyarakat Indonesia yang masih tabu dan seringkali mendiskreditkan perempuan di segala lini.

Kalis menyampaikan bagaimana perempuan Indonesia seringkali dipersalahkan, tak berhak bicara, dan menjadi pihak yang selalu dilarang untuk melawan.

Dia juga mengangkat permasalahan itu dalam kasus yang lebih riil dengan mengulas salah satu kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menimpa Ni Putu Kariani, perempuan asal Bali yang kakinya dipotong oleh suaminya sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com