Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Ruang Berpikir] Perempuan dan Polemik Global

Kompas.com - 31/03/2020, 20:21 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

KOMPAS.com - Hari Perempuan Internasional yang selalu dirayakan setiap tanggal 8 Maret selalu membendung banyak cerita dari berbagai negara.

Seperti pada perayaan Hari Perempuan Internasional atau International Women Day tahun ini, beberapa aksi perempuan di belahan dunia mendorong solusi atas kekerasan berbasis gender masih keras digaungkan.

Misalnya saja, seperti yang dikutip dari Kompas.com. Jutaan perempuan di Meksiko dan Argentina lakukan demonstrasi di jalan dengan tema 'A day without Us (women)' dan mereka pun absen dari kantor dan sekolah pada Senin (09/3/2020).

Baca juga: Hari Perempuan Internasional: Aksi Jutaan Wanita Mogok Kerja

Aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap kekerasan berbasis gender yang masih marak terjadi di kedua negara tersebut.

Bagaimana tidak, aksi tersebut dipicu oleh lonjakan kasus hilangnya perempuan dan pembunuhan terhadap perempuan.

Pembunuhan berbasis gender yang terjadi di Meksiko ini bahkan meningkat sampai 137 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Sementara itu, aksi serupa juga terjadi di Kirgistan pada Minggu (08/3/2020). Pengunjuk rasa perempuan memperingati Hari Perempuan Internasional sekaligus menentang kekerasan berbasis gender.

Sayangnya, demonstrasi itu diserang oleh beberapa oknum pria yang memakai masker wajah dan topi Kalpak. 

Oknum itu merobek poster para demonstran, melempar balon dengan pistol mainan dan melemparkan telur ke arah kerumunan massa sebelum akhirnya beberapa dari oknum itu menghilang.

Pada akhirnya pihak kepolisian setempat menangkap belasan demonstran yang mayoritas perempuan itu.

Polisi juga menahan tiga orang tersangka pelaku serangan meski tidak berusaha menangkap pelaku serangan yang melarikan diri.

Baca juga: Demonstran Hari Perempuan Internasional di Bishkek Diserang Oknum dan Ditahan Polisi

Perempuan di Arab Saudi dan Indonesia

Di Arab Saudi pada Maret 2020 lebih mendominasi kabar baik yang menunjukkan 'kemajuan' dan modernitas terlambat negara konservatif itu.

Sejak Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) memimpin sebagai putra mahkota, banyak agenda barunya yang dinilai progresif dan menabrak aturan-aturan konservatif kerajaan Arab Saudi.

Pada Februari 2020, perempuan Arab Saudi diperkenankan untuk ikut turnamen permainan kartu. 

Jawaher al-Mansoour (24) perempuan pertama di Arab Saudi yang berhasil mengikuti kompetisi tersebut dan lolos babak pertama bersama sahabatnya, al-Mutairi. 

Keduanya bahkan berjanji akan memberikan pelatihan gratis bagi siapa pun perempuan Arab Saudi yang ingin belajar permainan tersebut.

Mengingat, turnamen itu juga memiliki hadiah uang tunai yang besar, sekitar dua juta riyal Saudi atau setara dengan Rp 7,3 miliar.

Baca juga: Perempuan Arab Saudi Diizinkan Berpartisipasi dalam Turnamen Permainan Kartu

Kabar baik lainnya, sejak 1 Agustus 2019, kerajaan Arab Saudi sudah mulai mengizinkan kaum perempuan untuk bisa bepergian tanpa wali laki-laki.

Bahkan sejak 2017, perempuan Saudi juga telah diperbolehkan untuk mengendarai mobil pribadi mereka, dan memiliki peran di dunia pekerjaan.

Dalma Malhas, atlet perempuan peraih medali perunggu dalam ajang lompat kuda Arab Saudi sekaligus pemenang Penghargaan Olahraga Kreatif Mohammed bin Rashid al-Maktoum memberikan pandangannya tentang makna dari Hari Perempuan Sedunia atau International Women Day (IWD).

Bagi sosok representasi komite olimpiade Arab Saudi ini, Hari Perempuan Sedunia (IWD) semestinya dirayakan setiap hari.

Menurutnya, sangat banyak sosok perempuan di dunia yang berhasil menempuh perjalanan hidup, bekerja untuk masyarakat yang lebih baik, menginspirasi banyak orang untuk membuat langkah besar demi masa depan yang lebih cerah.

Dia juga menampilkan gagasan tentang feminin dan maskulin. Baginya, kedua gagasan itu sangatlah kuat dalam jalur mereka masing-masing.

"Seorang perempuan tidka hanya harus berada setara dengan laki-laki. Tapi juga harus mengaspirasi sebaik-baik versi dirinya."

Dia juga menguatkan kalau setiap laki-laki dan perempuan memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Untuk itu, kesetaraan dalam pandangan Malhas adalah adanya upaya saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.

Kesetaraan bukanlah semata-mata. Yang terpenting adalah makna dibalik kesetaraan itu; menghormati satu sama lain.

"Aku ingin melihat laki-laki dan perempuan saling membantu meraih cita-cita bersama dan menjalani proses bersama. Intuisi, fokus emosional, kesabaran, koneksi, dan cinta keindahan adalah semua kualitas yang bisa menjadikan laki-laki dan perempuan setara," tulis Malhas dalam opininya di Arab News.

Sementara itu di Indonesia, tema Hari Perempuan Internasional juga mengusung tema yang sama yakni #EachforEqual (kesetaraan). 

Salah satu aktivis perempuan yang gigih memperjuangkan kesetaraan di Indonesia dan marak dikenal di kalangan milenial adalah Kalis Mardiasih.

Di dalam bukunya yang berjudul, Muslimah yang Diperdebatkan, Kalis tidak hanya mengusung tema kesetaraan dan kebebasan perempuan dalam berekspresi dan berkarya (khususnya muslimah).

Dia juga kerap memperjuangkan pengesahan RUU PKS (Rancangan Undang Undang Penghapusan Kekerasan Seksual) yang sampai kini masih belum disahkan.

RUU PKS seperti yang dilansir dari Kompas.com, telah didesak oleh Komisioner Komnas Perempuan, Magdalena Sitorus pada akhir tahun lalu kepada DPR untuk dimasukkan ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) prioritas 2020.

Baca juga: Komnas Perempuan Dorong RUU PKS Masuk Prolegnas Prioritas

Dalam problema kesetaraan, Kalis menulis sebuah fenomena yang akrab di kalangan masyarakat Indonesia, "perempuan yang terlalu terpapar dengan nilai-nilai keterbukaan dunia modern tentu menjadi potret yang penuh dosa.

Sebaliknya, perempuan yang tertutup, tidak banyak bersinggungan dengan dunia luar yang sering kali dibalut dengan kalimat 'mampu menjaga kehormatan dirinya' adalah perempuan yang diharapkan oleh kelompok Islam eksklusif ini."

Kalis juga mengkritik anggapan-anggapan masyarakat Indonesia yang masih tabu dan seringkali mendiskreditkan perempuan di segala lini.

Kalis menyampaikan bagaimana perempuan Indonesia seringkali dipersalahkan, tak berhak bicara, dan menjadi pihak yang selalu dilarang untuk melawan.

Dia juga mengangkat permasalahan itu dalam kasus yang lebih riil dengan mengulas salah satu kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menimpa Ni Putu Kariani, perempuan asal Bali yang kakinya dipotong oleh suaminya sendiri.

Banyak aspek yang mendasari mengapa KDRT dengan begitu maraknya terjadi di masyarakat Indonesia.

Selain Undang Undang yang tak kunjung disahkan, agama dan adat istiadat seringkali menjadi faktor utama yang menyebabkan korban kekerasan tidak berani melawan atau membela diri. 

"Dalam adat dan agama, perempuan dianggap punya beban moral lebih untuk menjaga keluarga. Kalau keluarga ada apa-apa, masih jamak kita dengar anggapan di masyarakat: 'Pantas saja, ibunya begitu sih.' Putu bertahan, hingga akhirnya kakinya terpotong," demikian tulis Kalis.

Baca juga: RUU PKS Dinilai Lebih Penting Dibandingkan RUU Ketahanan Keluarga

Bagaimana polemik perempuan global mampu terkikis seiring berjalannya waktu dan peringatan Hari Perempuan Internasional setiap tahunnya?

Setidaknya apa yang Kalis tulis dengan mengutip dari The Five Stages of Knowing, terdapat lima tahap internalisasi pengetahuan pada perempuan yang mampu mendorong perempuan untuk lebih tanggap diri dan melawan kondisi yang tidak adil.

Pertama, Silence, adalah tahap di mana perempuan sepenuhnya bergantung pada pengaruh luar dirinya dalam mengambil keputusan.

Kedua, Received Knowledge, adalah tahap di mana perempuan menerima pengetahuan tapi tidak meyakini hal itu sebagai kebenaran karena berlawanan dengan pendapat mayoritas.

Ketiga, Subjective Knowledge, adalah tahap di mana perempuan telah bisa bersikap dan memiliki pendapat, tapi hanya untuk dirinya sendiri.

Keempat, Procedural Knowledge, adalah tahap di mana perempuan mengetahui cara mengakses pengetahuan secara mandiri dan mampu mengomunikasikannya.

Terakhir, kelima, adalah Constructed Knowledge atau tahap di mana perempuan bisa memahami pengetahuan secara kontekstual dan menjadikan nilai tersebut dalam kehidupan hariannya juga berani membuat dampak secara sosial.

Tahap terakhir ini yang berusaha Kalis bangun dalam tulisan-tulisannya, dalam kampanye-nya, dan dalam aktivitas-aktivitas publiknya. 

Baca juga: Hari Perempuan Internasional, Bagaimana Sejarahnya

Dengan berbagai aspek yang mampu menghalangi perempuan dari kemajuan, kesetaraan dan kebebasan berkarya, Kalis tampak menggalakan semangat kemandirian perempuan Indonesia untuk tak hanya mampu mengisi pengetahuan pribadinya namun juga menyuarakan dan melakukan aksi yang memiliki dampak solutif bagi polemik yang ada.

Dan memang, semua perjuangan itu kemudian boleh dikatakan telah diadaptasi dalam diri Kalis Mardiasih yang tak hanya sekedar menerima pengetahuan, namun juga menyuarakan dan melakukan aksi untuk kebebasan perempuan di Indonesia, khususnya dari kekerasan seksual.

Pada akhirnya, seperti yang diucapkan Dalma Malhas, setiap hari sudah selayaknya dirayakan sebagai Hari Perempuan Internasional.

Hari-hari yang berlalu, tidak akan pernah selesai untuk terus memperjuangkan kesetaraan perempuan dengan laki-laki.

Sebuah gagasan yang sebenarnya begitu sederhana namun selalu diputarbalikkan demi banyaknya kepentingan.

Selamat menikmati hari terakhir di bulan Maret, selamat merayakan Hari Perempuan Internasional!

Baca juga: Hari Perempuan Internasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com