KOMPAS.com - Mochi adalah kue dari tepung ketan yang populer di Sukabumi dan Semarang. Kedua kawasan tersebut mengenalkan mochi sebagai oleh-oleh.
Ada satu produsen mochi di Sukabumi yang cukup legendaris. Namanya yaitu Mochi Lampion atau juga dikenal dengan Mochi Kaswari Lampion.
Produk dari Mochi Lampion dapat ditemukan di sekitar Kota Sukabumi maupun area wisata puncak.
Baca juga:
Direktur operasional Mochi Lampion, Rudi Witarasa kepada Kompas.com turut menceritakan bagaimana sejarah dan perkembangan usahanya. Berikut uraiannya.
Mochi Lampion berdiri sejak 1983. Saat ini Mochi Lampion telah dilanjutkan oleh generasi keduanya.
"Mochi Lampion ini berdiri tahun 1983, kemudian berkembang dan membuat bangunan baru lagi di tahun 2014," tutur Rudi, Jumat (21/01/2022).
"Pertama pendirinya adalah orang tua kami, sekarang sudah diteruskan generasi keduanya," tambahnya.
Menurut penuturan Rudi usaha ini bermula dari orang tuanya yang sempat ikut membuat mochi bersama tentara Jepang.
Baca juga:
Lebih jauh, Rudi menceritakan bahwa dahulu di dekat Kampung Kaswari terdapat markas tentara Jepang yang kini dikenal dengan nama SECAPA atau Sekolah Calon Perwira.
Saat itu tentara Jepang membuat mochi untuk camilan saat acara. Kemudian, beberapa orang pribumi di sekitarnya diperbantukan untuk turut membuatnya. Termasuk juga orang tua Rudi.
"Awalnya mungkin bala tentara Jepang membuat semacam camilan, mochi buat hidangan acara. Nah setelah itu barulah warga pribumi di Sukabumi diperbantukan untuk membuat kue mochi itu," jelasnya.
Ilustrasi produk dari Mochi Lampion Sukabumi.
Seiring berjalannya waktu, warga pribumi melanjutkan pembuatan mochi ini. Namun kebanyakan yang meneruskannya adalah keluarga Tionghoa.
"Dari situ barulah warga pribumi melanjutkan pembuatan mochi ini buat camilan-camilan. Nah dilanjutkannya itu rata-rata oleh pribumi yang keturunan Tionghoa. Jadi bukan Jepang lagi yang melanjutkan, tapi pribumi keturunan Tionghoa," ujar Rudi.
Berkat rasanya yang manis dan teksturnya yang kenyal, mochi jadi satu kudapan yang disukai warga pribumi.
Baca juga:
Melihat peluang tersebut, orang tua Rudi lantas memanfaatkannya menjadi ladang bisnis. Terlebih kala itu, mereka juga sempat sulit dalam hal ekonomi.
Dari sinilah Mochi Lampion semakin berkembang dan dikenal. Bahkan kini telah menjadi oleh-oleh khas Sukabumi.
"Orang tua ikutlah bikin seperti itu, terus karena faktor ekonomi juga kenapa tidak dijadikan ladang bisnis usaha. Akhirnya kan berkembang sampai saat ini," tutur Rudi.
Mochi ala Sukabumi terkenal dengan variannya yang beragam. Rudi menjelaskan bahwa Mochi Lampion sendiri kini punya 15 varian rasa.
Padahal, pada awal buka dulu rasanya hanya ada tiga macam.
"Jadi awalnya kita cuma punya tiga varian. Ada keju, kemudian rasa original, kemudian cokelat," katanya.
Baca juga:
Perkembangan zaman dan selera konsumen membuat Rudi termotivitas untuk mengembangkan varian rasanya. Terlebih saat ini Mochi Lampion juga ingin menyasar pasar milenial.
Kendati demikian, Rudi menegaskan bahwa ia tak merubah resep peninggalan orang tuanya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas rasanya agar tak berubah.
"Dari dulu sampai sekarang itu tidak ada perubahan untuk formulasi. Paling ada penambahan dari sisi varian isinya," tegasnya.
Inovasi ini tak hanya dilakukan pada produk saja tapi juga kemasan dan cara penjualannya. Bahkan saat ini Mochi Lampion juga melayani pembelian daring melalui marketplace.
View this post on Instagram
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.