Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Bedanya Makanan Minang Daerah Pesisir dan Pedalaman?

Kompas.com - 26/10/2020, 12:23 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Ada beberapa perbedaan pada kuliner khas daerah Minangkabau pesisir dan pedalaman. Salah satu sebabnya adalah jalur perdagangan rempah yang telah berlangsung sejak abad ke-16.

Baca juga: Rendang dan Pangkatnya yang Tinggi dalam Khazanah Kuliner Minang

Saat itu Sumatera Barat jadi salah satu daerah simpul. Banyak bangsa yang melintasi Sumatera Barat, bahkan banyak juga yang transit di sana melalui Pelabuhan Tiku.

Menurut sejarawan Fadly Rahman, Sumatera Barat semakin ramai ketika Terusan Suez dibuka pada 1869.

Menurutnya, hubungan perdagangan yang terjadi di sana pada masa itu kemudian membentuk kebudayaan Minangkabau hingga kini.

“Termasuk juga pengaruh kuliner India, Arab, bahkan Eropa yang membentuk citra kuliner di kawasan Sumatera Barat ini,” tutur Fadly kala menjadi narasumber dalam sesi webinar “Perjalanan Rantau: Lapau Nagari Kapau” yang diselenggarakan Aksara Pangan, Kamis (22/10/2020).

Jalur perdagangan rempah di sekitar Sumatera Barat dan Selat MalakaDok. YouTube Aksara Pangan Jalur perdagangan rempah di sekitar Sumatera Barat dan Selat Malaka

Daerah pesisir Sumatera Barat terpapar budaya asing

Para pedagang dari berbagai bangsa tersebut masuk melalui Pelabuhan Tiku, yang ada di kawasan pesisir. Itu membuat daerah pesisir bisa dibilang lebih banyak terpapar budaya yang dibawa orang-orang asing tersebut.

Menurut Reno Andam Suri, penulis buku Rendang Traveler dan Rendang: Minang Legacy to the World, Pelabuhan Tiku saat itu termasuk jalur perdagangan lada.

Baca juga: Sejarah Terciptanya Jalur Rempah, Dipengaruhi Budaya Ramah Tamah Nusantara

Saat itu ada lebih dari 200 unit dagang yang berdiri di Kota Padang. Ada pula jalur kereta api yang dibangun Belanda. Jalu ini menghubungkan beberapa titik penting di sekitar Sumatera Barat.

Salah satunya dipergunakan oleh para wanita pedagang nasi kapau pada masa itu untuk berkeliling berjualan nasi kapau dari pasar ke pasar.

Tak itu saja, ada pula kantor-kantor dagang bangsa Spanyol serta negara Eropa lainnya di Padang.

“Artinya bahwa perpaduan itu, kesibukan perdagangan itu mempengaruhi cita rasa makanan minang sekarang,” tutur Reno.

Daerah pesisir pada dasarnya terpapar lebih banyak akulturasi budaya bangsa asing sebab bangsa-bangsa tersebut masuk pertama kali lewat pelabuhan. Mereka pun beraktivitas di sekitar pesisir.

Ilustrasi Nasi Kapau khas Bukittinggi. SHUTTERSTOCK/ALJOFOTO Ilustrasi Nasi Kapau khas Bukittinggi.

Sementara daerah pedalaman seperti Nagari Kapau di Kabupaten Agam, tidak mendapatkan paparan budaya sekuat daerah pesisir.

Itulah mengapa, kata Reno, pada dasarnya makanan dari daerah pesisir cenderung punya rasa rempah yang lebih kuat dari pada makanan dari daerah pedalaman.

Ia mencontohkan makanan dari Kapau banyak sekali yang tidak menggunakan rempah sama sekali salah satunya gulai kapau. Menurut Reno, gulai kapau sama sekali tidak menggunakan rempah.

Baca juga: Apa Bedanya Lapau Nasi Kapau dan Rumah Makan Padang?

Kamu juga mungkin bisa melihat beberapa pilihan lauk yang khas ada di lapau nasi kapau. Orang-orang pedalaman cenderung menggunakan bahan yang banyak ditemukan di daerah mereka.

Misalnya gulai tambusu yang berasal dari sapi yang banyak ditemukan di daerah pedalaman. Ada pula ikan mas bertelur. Ikan mas sendiri merupakan ikan air tawar, yang mudah ditemukan di daerah pedalaman yang jauh dari pesisir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com