KOMPAS.com – Kamu mungkin sering mendengar istilah food loss dan food waste ketika membicarakan soal masalah pangan yang tercecer atau terbuang.
Sekilas, kedua istilah tersebut sepertinya sama saja.
Keduanya sama-sama bisa mendeskripsikan pangan yang terbuang begitu saja dan akhirnya jadi limbah.
Namun sebenarnya menurut Prof. Dr. Purwiyatno Hariyadi, MSc., CFS.,Vice Chairperson of CODEX Alimentarius Commission dalam webinar “Foodcycle World Food Day 2020" pada Jumat (9/10/2020), kedua istilah tersebut mendeskripsikan dua hal yang berbeda.
Baca juga: Tips Kurangi Sampah Makanan, Olah Semua Bagian Bahan Makanan
“Pada dasarnya food loss adalah kehilangan pangan yang utamanya terjadi karena proses produksi,” kata Purwiyatno.
Proses produksi tersebut meliputi tahap panen, pasca-panen, dan distribusi.
Biasanya penyebab terjadinya kehilangan tersebut adalah kurangnya sarana dan pra-sarana produksi seperti kurangnya teknologi.
Teknologi yang dimaksud meliputi teknologi transportasi, rantai dingin (cold chain), dan lainnya yang bisa menyebabkan pangan jadi mudah rusak ataupun susut.
Sementara food waste merupakan pangan yang terbuang atau limbah pangan. Biasanya food waste terjadi di tingkat retail dan konsumsi.
“Food waste ini sering berhubungan dengan kebiasan dan perilaku konsumen dalam menilai dan menghargai pangan,” jelas Purwiyatno.
Baca juga: Suka Coba Makanan dan ke Kafe Baru? Jangan Lupa Habiskan Makanannya
Konsumen seringkali menilai pangan hanya berdasarkan aspek sensori saja. Hal-hal yang terlihat bagus, seperti warna dan bentuknya.
Sehingga jika ada produk yang bentuknya tidak sesuai dengan keinginan atau ekspektasi konsumen, seringkali produk tersebut disisihkan dan akhirnya terbuang.
Berdasarkan laporan dari Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) yang disampaikan oleh Purwayitno, secara umum jumlah food waste cenderung lebih besar daripada food loss.
Lebih dari 40 persen food waste terjadi di negara-negara maju.
Artinya, limbah makanan lebih banyak terjadi kehilangan pangan di bagian retail dan konsumen daripada di tingkat panen, pasca-panen, distribusi, dan pengolahan.
Baca juga: FoodCycle Indonesia, Bantu Kurangi Limbah Makanan di Jabodetabek
Sebaliknya, di negara-negara berkembang total kehilangan ini lebih dari 40 persen terjadi pada tingkat pasca-panen, panen, serta distribusi dan pengolahan,” tutur Purwayitno.
Di area Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, terjadi kehilangan pangan sekitar 120 – 125 kilogram per kapita per tahun.
Data tersebut menunjukkan bahwa kehilangan pangan mayoritas terjadi pada tingkat produksi dan retail daripada di ranah retail dan konsumen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.